Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mana yang Lebih Ramah Lingkungan, Pohon Natal Asli atau Buatan?

Kompas.com, 21 Desember 2024, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Setiap Desember, umat kristiani di seluruh dunia gegap gempita menyambut Natal. Perayaannya tak lengkap apabila tidak ada pohon natal beserta berbagai dekorasinya di dalam rumah.

Pohon natal yang terpasang di rumah biasanya berasal dari pohon asli dari kayu atau pohon buatan alias artifisial.

Saat dunia semakin ke arah yang berkelanjutan, pohon natal pun tak luput dari sorotan. Manakah yang lebih ramah lingkungan? Pohon natal betulan dari kayu atau artifisial?

Dilansir dari Sustainability Magazine, ternyata pohon natal yang betulan berasal dari pohon lebih ramah lingkungan daripada artifisal.

Baca juga: Bagaimana Merayakan Natal yang Lebih Berkelanjutan?

Mengapa demikian?

Pohon natal artifisial ternyata menghasilkan jejak karbon yang tinggi. Menurut Carbon Trust, pohon natal artifisial setinggi 2 meter memiliki jejak karbon sekitar 40 kilogram.

Sementara itu, jejak karbon dari pohon natal dari kayu hanya sekitar 4 kilogram meski setelah itu dibakar atau digunakan untuk keperluan lainnya.

Tingginya jejak karbon dari pohon natal buatan berasal dari proses produksinya.

Mayoritas pohon natal buatan berbahan baku plastik polyvinyl chloride (PVC) yang membutuhkan banyak energi untuk mengolahnya.

Sebagian besar pohon natal buatan juga diproduksi di China. Pengiriman jarak jauh lintas batas turut menambah jejak karbon dari pohon natal artifisial.

Setelah dibuang, pohon-pohon ini biasanya tidak dapat didaur ulang dan berakhir di tempat pembuangan sampah yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan lingkungan.

Baca juga: Menghitung Jejak Karbon Pohon Natal Buatan dan Yang Asli

Pohon natal asli

Di sisi lain, pohon natal yang asli dari pohon menawarkan pilihan yang lebih ramah lingkungan dan dampak positifnya dimulai sejak pertama kali tumbuh.

Pohon asli tidak memerlukan emisi karbon intensif seperti yang diperlukan untuk memproduksi dan mengirimkan pohon natal buatan.

Ketika hidup, pohon menyerap karbon dioksida, melepaskan oksigen, dan berkontribusi dalam memerangi perubahan iklim.

Selain penyerapan karbon, bisnis pohon natal yang asli mendukung konservasi hutan.

Baca juga: Taat Aturan, 37 Narapidana di Bangka Belitung Terima Remisi Natal

Kehadiran kebun pohon juga menyediakan habitat bagi satwa liar, menjaga kesehatan tanah, dan mendukung ekonomi lokal.

Sedangkan ketika sudah selesai dipakai, pohon-pohon natal yang asli ini dapat didaur ulang.

Dilansir dari The Nature Conservancy, salah satu cara terbaik untuk melindungi hutan adalah dengan memanfaatkannya secara hati-hati.

Jika hutan kita dikelola secara berkelanjutan, hutan dapat menghasilkan sumber daya terbarukan seperti pohon natal dan produk berbahan kayu lainnya.

Baca juga: KPPB Gelar Drama Musikal Natal dan Donasi Anak Berkebutuhan Khusus

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
LSM/Figur
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Swasta
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
LSM/Figur
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Pemerintah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
LSM/Figur
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
LSM/Figur
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Swasta
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Pemerintah
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
Pemerintah
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Swasta
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
LSM/Figur
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
LSM/Figur
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
LSM/Figur
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau