Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Lebih Berkelanjutan, Sawit Indonesia Bisa Jadi Contoh Dunia

Kompas.com - 05/01/2025, 15:57 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Ilmuwan senior Center for International Forestry Research - International Center for Research in Agroforestry (CIFOR-ICRAF), Herry Purnomo, mengatakan, Indonesia berpeluang menjadi contoh dunia jika mampu terus mengembangkan sawit berkelanjutan.

Dia mengungkapkan, industri kelapa sawit nusantara telah melangkah jauh ke keberlanjutan, terlihat salah satunya dari hanya 1-2 persen produk kelapa sawit yang terkait deforestasi setelah tahun 2020.

Tahun 2021, luasan perkebunan yang sudah tersertifikasi Round of Sustainable Palm Oil (RSPO) juga 2,31 juta hektar. Jumlah itu masih kecil, tapi tumbuh. Tahun 2022, jumlahnya jadi 2,4 juta hektar (tumbuh 4 persen) dan 2,5 hektar pada 2023 (tumbuh 6 persen).

Industri pun terbuka bekerjasama dengan smallolders sehingga sawit tidak hanya dinikmati korporasi. Musim Mas, misalnya, berjanji mendukung 2,295 petani kecil untuk mendapatkan sertifikat RSPO. 

"Bahwa kita masih punya pekerjaan rumah, itu betul. Tetapi industri kelapa sawit kita menunjukkan perbaikan," ungkap Herry yang juga guru besar kehutanan di IPB University saat dihubungi Kompas.com, Jumat (3/1/2025).

Baca juga: Jangan Balikkan Kemajuan, Jangan Dukung Sawit dengan Cara Salah

Kondisi Indonesia, kata Herry, lebih baik dibandingkan tren di Afrika dan Amerika Latin, dua negara yang juga memproduksi kelapa sawit dan komoditas minyak nabati lain seperti minyak kedelai. 

Saat WWF menunjukkan, tingkat deforestasi di Brazil Cerrado meningkat 25 persen pada tahun 2022, tingkat tertinggi terhitung dari 7 tahun sebelumnya. Deforestasi tersebut merusak area seluas 10.689 kilometer persegi.

Tahun 2024, Brazil juga mengusulkan pendanaan untuk proyek biofuel berbasis kelapa sawit. Padahal, Rainforest Foundation mencatat, tahun 2019-2020 saja, deforestasi naik 56 persen dibandingkan 2016-2018 dan area produksi kelapa sawitnya berkembang dua kali lipat.

Deforestasi Brazil lebih tinggi lagi jika memperhitungkan minyak kedelai, komoditas minyak nabati utama negara Amerika Latin tersebut. Produksi minyak kedelai membutuhkan air, area, dan jumlah yang lebih banyak daripada sawit.

Bukan hanya Brazil, hutan Congo Basin juga mengalami kerusakan. Wilayah itu kehilangan setengah juta hektar per tahun. Tingkat deforestasi meningkat 3 persen pada tahun 2023. Selain arang, meski masih dalam porsi kecil, kelapa sawit ikut berkontribusi.

Dengan kemajuan yang dicapai saat ini, Herry mengatakan, "Kita bisa jadi mercusuar negara berkembang. Kita bisa kelola lebih baik daripada Brazil dan Malaysia, bisa jadi contoh untuk negara-negara Afrika dan Amerika Latin."

Dia mengatakan, yang perlu dilakukan Indonesia adalah memastikan nol deforestasi pada industri sawit. Selain itu, pemerintah perlu memperluas pemberdayaan pada smallholders di berbagai daerah.

"Selama ini, sawit dan minyak nabati lainnya selalu dihadapkan pada tarik menarik ekonomi dan lingkungan. Kita bisa tunjukkan bahwa win-win solution ekonomi dan lingkungan itu mungkin," katanya. 

Baca juga: Walhi: Kebun Sawit Bukan Hutan, Picu Kerusakan 3,2 Juta Hektare Lahan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Peralihan Musim, BMKG Prediksi Hujan Landa Sejumlah Daerah 3 Hari ke Depan
Peralihan Musim, BMKG Prediksi Hujan Landa Sejumlah Daerah 3 Hari ke Depan
Pemerintah
14 Perusahaan Bertanggung Jawab Atas Sepertiga Pemanasan Global
14 Perusahaan Bertanggung Jawab Atas Sepertiga Pemanasan Global
Pemerintah
Reklamasi Pasca-Tambang Hanya Simbolis, Menteri LH Soroti Hilangnya Biodiversitas
Reklamasi Pasca-Tambang Hanya Simbolis, Menteri LH Soroti Hilangnya Biodiversitas
Pemerintah
Perubahan Iklim, Makluk Laut yang Tak Kasat Mata Pun Terancam
Perubahan Iklim, Makluk Laut yang Tak Kasat Mata Pun Terancam
LSM/Figur
UE Patok Target Limbah Pangan dan Skema Baru Daur Ulang Tekstil
UE Patok Target Limbah Pangan dan Skema Baru Daur Ulang Tekstil
Pemerintah
Aksi Iklim Sederhana dan Berbiaya Rendah Bisa Selamatkan 725.000 Jiwa per Tahun
Aksi Iklim Sederhana dan Berbiaya Rendah Bisa Selamatkan 725.000 Jiwa per Tahun
Pemerintah
Tekan Polusi Udara di Jakarta, DLH Semprotkan 4.000 Liter 'Water Mist'
Tekan Polusi Udara di Jakarta, DLH Semprotkan 4.000 Liter "Water Mist"
Pemerintah
Menteri LH: Stop Slogan Sampah Berkah, Itu Masalah Besar yang Harus Diselesaikan
Menteri LH: Stop Slogan Sampah Berkah, Itu Masalah Besar yang Harus Diselesaikan
Pemerintah
Metana Jadi Berkah, Kisah Suami Istri Balikpapan Hidup dari Sampah
Metana Jadi Berkah, Kisah Suami Istri Balikpapan Hidup dari Sampah
Swasta
Menteri LH Rindukan Langit Biru Jakarta Seperti saat Covid-19
Menteri LH Rindukan Langit Biru Jakarta Seperti saat Covid-19
Pemerintah
Survei Tunjukkan Pembeli Korporat akan Pilih Pemasok Berkelanjutan
Survei Tunjukkan Pembeli Korporat akan Pilih Pemasok Berkelanjutan
Swasta
Ditunjuk Jadi Wamenhut, Rohmat Marzuki Akui Belum Ada Pesan Khusus Presiden
Ditunjuk Jadi Wamenhut, Rohmat Marzuki Akui Belum Ada Pesan Khusus Presiden
Pemerintah
Gantikan Sulaiman Umar, Rohmat Marzuki Resmi Jabat Wakil Menteri Kehutanan
Gantikan Sulaiman Umar, Rohmat Marzuki Resmi Jabat Wakil Menteri Kehutanan
Pemerintah
Stop Lagi Ekspor Benih Lobster, Indonesia Tak Mau Jadi Pemasok Murah
Stop Lagi Ekspor Benih Lobster, Indonesia Tak Mau Jadi Pemasok Murah
Pemerintah
Karhutla, KLH Awasi Praktik 38 Perusahaan
Karhutla, KLH Awasi Praktik 38 Perusahaan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau