Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
HILIRISASI INDUSTRI

Jalankan Aktivitas Industri yang Seimbang, PT GNI Dorong Pertumbuhan Ekonomi Sembari Jaga Lingkungan

Kompas.com, 6 Januari 2025, 09:00 WIB
Sheila Respati

Penulis

KOMPAS.com – Nikel merupakan salah satu komoditas yang memiliki banyak manfaat bagi berbagai bidang industri. Salah satunya, sebagai bahan baku pembuatan baja tahan karat (stainless steel).

Indonesia dianugerahi sumber daya alam ini dan tercatat sebagai salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia pada 2024. Diberitakan oleh Kompas.com, Kamis (7/11/2024), wilayah Sulawesi Tengah dan Maluku Utara, khususnya, menjadi tempat cadangan nikel terbesar di dunia, yaitu sekitar 52 persen atau 72 juta ton nikel.

Berdasarkan potensi tersebut, Indonesia ditaksir akan terus menjadi pusat produksi nikel global dalam 10 tahun ke depan. Para ahli juga meyakini bahwa 70 persen nikel dunia akan berasal dari Indonesia jika melihat pada pertumbuhan produksinya selama beberapa tahun terakhir.

Untuk mendorong nilai tambahnya dan memperbesar potensi ekonomi dari nikel, pemerintah Indonesia pun menerapkan kebijakan untuk melakukan hilirisasi komoditas tersebut. Bahan mentah berupa nickel ore diolah menjadi nickel pig iron (NPI) sebelum kemudian diekspor. Dengan begitu, nilai ekspornya menjadi lebih tinggi.

Hilirisasi nikel telah memberi dampak positif bagi perekonomian nasional. Namun, selain dari ekspor, pelaku industri hilirisasi nikel pun memberi dampak pada peningkatan perekonomian di daerah sekitar industri. Kehadiran industri pengolahan nikel di Morowali Utara, misalnya.

Dengan dibukanya pabrik-pabrik pengolahan atau smelter nikel, masyarakat di sekitar memperoleh peluang ekonomi. Contohnya, masyarakat di sekitar smelter PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI).

Baca juga: PT GNI Wujudkan Komitmen Keberlanjutan Lingkungan dengan Penanaman Mangrove

Kepala Desa Bunta, tempat PT GNI berada, Christol Rizal Lolo mengungkapkan, sejak beroperasi pada 2019, PT GNI telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian masyarakat dengan serapan tenaga kerja lokal. Selain itu, peluang usaha pun terbuka bagi masyarakat.

“Dengan masuknya PT GNI ke desa kami, masyarakat bisa membangun rumah indekos karena tingginya serapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar dan pihak luar,” ujar Christol.
Tak hanya itu, banyak warga sekitar yang juga akhirnya menjadi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk memenuhi kebutuhan karyawan, seperti membuka warung makan. Salah satunya, Aji Wati.

Wati membuka warung di sekitar lingkungan smelter dengan nama "Pelipur Lapar". Langganannya, adalah para karyawan dari PT GNI. Ia mengaku, rezeki mengalir dan memberi berkah untuk kehidupannya.

"Alhamdulillah, semenjak buka di sini penghasilan lumayan. Berkah. Kita dikasih tempat usaha di sini, hasilnya juga alhamdulillah sekali. Dengan warung ini saya bisa bangkit kembali dan berhasil," ujarnya.

Hal yang sama diungkapkan Suwardi, pelaku UMKM kuliner yang berjualan siomay di sekitar kawasan smelter PT GNI. Usahanya sudah berjalan selama empat tahun dan membuatnya bisa menambah penghasilan.

"Sebelumnya saya hanya berkebun. Setelah berjualan siomay disini, penghasilan saya meningkat signifikan, " ujar Suwardi.

Upaya meningkatkan daya ekonomi masyarakat di Morowali Utara juga dilakukan PT GNI bekerja sama dengan PT SEI melalui corporate social responsibility (CSR). Salah satunya, program Peri Berkarya yang membina masyarakat untuk memperoleh keterampilan menjahit dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan.

Baca juga: Tingkatkan Serapan Tenaga Kerja Industri Pengolahan, PT GNI Terus Beri Peluang bagi Masyarakat

Pelatihan jahit diselenggarakan atas kerja sama dengan Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas. Harapannya, usai mendapat pelatihan, masyarakat dapat membuka usaha jahit.
Nikwal, warga yang menjadi peserta pelatihan mengatakan bahwa dengan adanya program Peri Berkarya ia belajar banyak hal mengenai cara menjahit, mulai dari membuat pola hingga teknik-teknik jahit. Dengan demikian, ia bisa membuka usaha jahit dan berdikari secara ekonomi.

Peserta lainnya, Elfrinces Lolo, mengatakan bahwa program Peri Berkarya membuatnya memiliki keterampilan baru yang bermanfaat ekonomi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Studi: Sejumlah Kecil Plastik Mematikan Bagi Hewan Laut
Studi: Sejumlah Kecil Plastik Mematikan Bagi Hewan Laut
Pemerintah
Seni Tani, Gerakan Anak Muda di Bandung Sulap Lahan Kosong Jadi Cuan
Seni Tani, Gerakan Anak Muda di Bandung Sulap Lahan Kosong Jadi Cuan
Swasta
Google Luncurkan Alat untuk Bantu Manufaktur Lebih Hemat Energi
Google Luncurkan Alat untuk Bantu Manufaktur Lebih Hemat Energi
Pemerintah
Sampah Jadi Energi, Namun Tata Kelola Masih Berantakan
Sampah Jadi Energi, Namun Tata Kelola Masih Berantakan
Pemerintah
Perguruan Tinggi RI Masih Terlalu Akademik, Model Pendidikan Apa yang Cocok di Tengah Ketidakpastian Global?
Perguruan Tinggi RI Masih Terlalu Akademik, Model Pendidikan Apa yang Cocok di Tengah Ketidakpastian Global?
LSM/Figur
Beasiswa Teladan Cetak Lulusan Berpola Pikir Berkelanjutan dan Adaptif Terhadap Ketidakpastian Global
Beasiswa Teladan Cetak Lulusan Berpola Pikir Berkelanjutan dan Adaptif Terhadap Ketidakpastian Global
Swasta
Ketika Indonesia Sibuk Menyelamatkan Bisnis, Bukan Bumi
Ketika Indonesia Sibuk Menyelamatkan Bisnis, Bukan Bumi
Pemerintah
Iran Alami Kekeringan Parah, 14 Juta Warga Teheran Berisiko Direlokasi
Iran Alami Kekeringan Parah, 14 Juta Warga Teheran Berisiko Direlokasi
Pemerintah
Studi Sebut Mobil Murah Jauh Lebih Berpolusi
Studi Sebut Mobil Murah Jauh Lebih Berpolusi
LSM/Figur
Uni Eropa Tunda Setahun Penerapan Regulasi Deforestasi EUDR
Uni Eropa Tunda Setahun Penerapan Regulasi Deforestasi EUDR
Pemerintah
Dekan FEM IPB Beri Masukan untuk Pembangunan Afrika dengan Manfaatkan Kerja Sama Syariah
Dekan FEM IPB Beri Masukan untuk Pembangunan Afrika dengan Manfaatkan Kerja Sama Syariah
LSM/Figur
Studi: Negara-negara Kaya Kompak Pangkas Bantuan untuk Negara Miskin
Studi: Negara-negara Kaya Kompak Pangkas Bantuan untuk Negara Miskin
Pemerintah
Baru 2 Bandara Pakai BTT Listrik, Kemenhub Siapkan Revisi Standar Nasional
Baru 2 Bandara Pakai BTT Listrik, Kemenhub Siapkan Revisi Standar Nasional
Pemerintah
BRIN: Peralihan ke BTT Listrik Pangkas Emisi Bandara hingga 31 Persen
BRIN: Peralihan ke BTT Listrik Pangkas Emisi Bandara hingga 31 Persen
LSM/Figur
Etika Keadilan Masyarakat dan Iklim
Etika Keadilan Masyarakat dan Iklim
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau