KOMPAS.com - Survei dari Workiva mengungkapkan eksekutif di seluruh dunia menggandakan komitmen keberlanjutannya.
Terbukti, sebanyak 85 persen eksekutif dunia berencana untuk melaporkan pengungkapan iklim (Climate Disclosures) terlepas dari adanya perubahan politik atau regulasi.
Temuan tersebut berdasarkan survei dari 1.600 pemimpin global yang dilakukan Workiva baru-baru ini.
Menurut European Central Bank, pengungkapan iklim merupakan dokumen yang dipublikasikan oleh organisasi mengenai jejak karbon dari aktivitas mereka dan paparan mereka terhadap risiko iklim.
Baca juga:
Dokumen ini memberi tahu kita seberapa besar aktivitas organisasi memengaruhi, dan dipengaruhi oleh, perubahan iklim.
Misalnya, pengungkapan iklim dapat menunjukkan seberapa banyak CO2 yang dihasilkan suatu perusahaan, dampak cuaca ekstrem seperti banjir atau kekeringan terhadap bisnis, serta seberapa berkelanjutan investasinya.
Pengungkapan tersebut dapat memberi tahu kita apa yang direncanakan organisasi untuk mengatasi hal itu.
Pengungkapan iklim dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari laporan, halaman web, atau sarana komunikasi publik lainnya.
Lebih lanjut, seperti dikutip dari ESG News, Jumat (3/1/2025) selain emisi, 83 persen pemimpin bermaksud untuk mengungkapkan risiko terkait iklim, dan 82 persen akan melaporkan dampak material dari risiko tersebut.
Ini menandakan komitmen yang kuat terhadap transparansi di tengah politik global yang fluktuatif.
“Para pemimpin tidak lagi hanya bereaksi, mereka secara proaktif membangun ketahanan dan kemampuan beradaptasi ke dalam strategi mereka,” kata Mandi McReynolds, Wakil Presiden Global ESG dan Chief Sustainability Officer untuk Workiva.
Bahkan tanpa adanya persyaratan kepatuhan langsung, 75 persen perusahaan berencana menyelaraskan pelaporan mereka dengan Arahan Pelaporan Keberlanjutan Perusahaan (CSRD) Uni Eropa.
Baca juga:
“Interaksi antara kinerja bisnis, dampak sosial, dan teknologi tidak hanya membentuk hasil, tetapi juga mendorong nilai berkelanjutan yang nyata,” tambah McReynolds.
Sementara itu eksekutif dunia juga mengantisipasi adanya regulasi ESG yang baru atau diperluas.
Misalnya di Brasil sebanyak 78 persen eksekutif bersiap dengan regulasi baru dan juga Singapura (80 persen) yang turut mengantisipasi pertumbuhan regulasi.
Laporan juga menyoroti bahwa investor institusional makin menyukai pengungkapan keberlanjutan yang diatur, dengan 96 persen setuju bahwa pengungkapan menghasilkan keputusan investasi yang lebih tepat.
Selain itu juga, laporan mencatat keberlanjutan dan strategi keuangan saling terkait dengan adanya inflasi, suku bunga dan perubahan kebijakan yang siap memengaruhi pelaporan bisnis.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya