Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembelajaran Mesin dan Citra Satelit Bantu Lindungi Tanaman Padi

Kompas.com - 09/01/2025, 17:16 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi baru dari North Carolina State University di Amerika Serikat berhasil menunjukkan bahwa teknologi dapat membantu melindungi tanaman pangan terpenting di dunia, yaitu padi.

Inovasi tersebut dilakukan dengan menggabungkan citra satelit dan teknologi pembelajaran mesin yang kemudian digunakan untuk memodelkan produktivitas tanaman padi dengan lebih cepat dan akurat.

Inovasi tersebut dapat membantu para pengambil keputusan di seluruh dunia menilai dengan lebih baik di mana dan bagaimana menanam padi yang merupakan sumber energi utama bagi lebih dari separuh populasi dunia.

Dikutip dari laman resmi North Carolina State University, Kamis (9/1/2025) studi ini difokuskan di Bangladesh yang merupakan produsen beras terbesar ketiga di dunia.

Negara tersebut juga merupakan negara keenam yang paling rentan terhadap perubahan iklim di dunia. Kerusakan tanaman padi akibat banjir telah menyebabkan kerawanan pangan.

Baca juga:

"Untuk memperkirakan produktivitas tanaman, orang-orang di Bangladesh menggunakan data lapangan. Mereka secara fisik pergi ke ladang, memanen tanaman, lalu mewawancarai petani lalu membuat laporan tentang itu," kata Varun Tiwari, penulis utama studi.

Teknik pemantauan tradisional tersebut memakan waktu, padat karya dan juga tidak dapat mengimbangi perubahan iklim.

Selain itu, metode menambah ketidakakuratan saat estimasi hasil panen padi hanya berdasarkan beberapa sampel, bukan data dari semua ladang, sehingga sulit untuk ditingkatkan ke tingkat nasional.

Artinya, petani tidak memiliki informasi tepat untuk membuat keputusan tentang ekspor, impor, atau penetapan harga tanaman.

"Hal ini juga membatasi kemampuan mereka untuk membuat keputusan jangka panjang seperti mengubah tanaman, memperkenalkan varietas padi yang tahan iklim, atau mengubah pola tanam padi,” ungkap Tiwari.

Penggunaan Teknologi

Dalam studinya, peneliti pun kemudian menggunakan serangkaian gambar dari lokasi sama yang direkam secara berkala untuk mengukur kondisi vegetasi dan pertumbuhan, kandungan air tanaman, dan kondisi tanah di lokasi tersebut.

Dengan menggabungkan data satelit tersebut dengan data lapangan, para peneliti melatih model pembelajaran mesin mereka untuk memperkirakan produktivitas tanaman padi secara lebih tepat untuk periode 2002 hingga 2021.

“Dengan model ini, kita dapat melihat misalnya bahwa satu area tumbuh dengan baik dan area lain tidak tumbuh sebagaimana mestinya. Jika kita memiliki area yang sangat produktif, kita dapat memutuskan untuk membangun lebih banyak kapasitas penyimpanan di area tersebut atau berinvestasi lebih banyak dalam transportasi di sana,” kata Tiwari.

Baca juga:

“Karena informasi tersebut tersedia jauh lebih awal, para pengambil keputusan memiliki cukup waktu untuk membuat pilihan yang tepat tentang cara mengalokasikan sumber daya mereka,” katanya lagi.

Meski model tersebut masih dalam tahap penelitian, hasilnya positif.

Akurasi berkisar antara 90-92 persen dengan ketidakpastian sekitar 2 persen, yang mengacu pada margin kesalahan model.

Ketika dikembangkan lebih lanjut, model tersebut dapat disesuaikan dengan berbagai jenis tanaman di berbagai lanskap.

“Jika kami dapat memperoleh kumpulan data serupa dari wilayah lain, kami dapat menerapkan kerangka kerja yang sama di sana. Baik itu AS, India, atau negara Afrika, kami ingin metode ini dapat direproduksi,” terang Tiwari.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Produksi Listrik PLTS Lampaui PLTU Batu Bara di Uni Eropa

Produksi Listrik PLTS Lampaui PLTU Batu Bara di Uni Eropa

LSM/Figur
Bukan Tambang, Perguruan Tinggi Diminta Fokus Usaha Transisi Energi

Bukan Tambang, Perguruan Tinggi Diminta Fokus Usaha Transisi Energi

LSM/Figur
Eropa Larang BPA, Konsumen Indonesia Desak Pelabelan Galon Guna Ulang

Eropa Larang BPA, Konsumen Indonesia Desak Pelabelan Galon Guna Ulang

Pemerintah
Pemerintah Majukan Rencana Realisasi PLTN 3 Tahun, dari 2032 Jadi 2029

Pemerintah Majukan Rencana Realisasi PLTN 3 Tahun, dari 2032 Jadi 2029

Pemerintah
Pemprov Bali Larang Instansi Sediakan AMDK Plastik, Wajibkan Bawa Botol Minuman

Pemprov Bali Larang Instansi Sediakan AMDK Plastik, Wajibkan Bawa Botol Minuman

Pemerintah
Star Energy Geothermal Gandeng Perusahaan AS untuk Kembangkan Panas Bumi

Star Energy Geothermal Gandeng Perusahaan AS untuk Kembangkan Panas Bumi

Swasta
Pemerintah Tak Ambil Pusing soal AS Keluar dari Perjanjian Paris

Pemerintah Tak Ambil Pusing soal AS Keluar dari Perjanjian Paris

Pemerintah
Inikah Obat Krisis Iklim? CDR Serap Karbon 99.000 Kali Lebih Cepat dari Lautan

Inikah Obat Krisis Iklim? CDR Serap Karbon 99.000 Kali Lebih Cepat dari Lautan

Swasta
CO2 Terlalu Tinggi, Sulit Capai Target Pemanasan di Bawah 1,5 Derajat

CO2 Terlalu Tinggi, Sulit Capai Target Pemanasan di Bawah 1,5 Derajat

LSM/Figur
RUU Minerba Disahkan Jadi Usul Inisiatif DPR, Jatam: Bukan untuk Rakyat

RUU Minerba Disahkan Jadi Usul Inisiatif DPR, Jatam: Bukan untuk Rakyat

Pemerintah
AS Keluar Kesepakatan Paris: Perdagangan Karbon Jalan, JETP Terancam

AS Keluar Kesepakatan Paris: Perdagangan Karbon Jalan, JETP Terancam

Pemerintah
Danone Dukung Program Skrining Gratis Nasional dan Transformasi Kesehatan Kemenkes

Danone Dukung Program Skrining Gratis Nasional dan Transformasi Kesehatan Kemenkes

Swasta
Platform Fakta Iklim Hadir, Publik Bisa Cek Hoaks Iklim Lebih Mudah

Platform Fakta Iklim Hadir, Publik Bisa Cek Hoaks Iklim Lebih Mudah

Pemerintah
Pelancong Mau Bayar Lebih untuk Penerbangan Rendah Emisi

Pelancong Mau Bayar Lebih untuk Penerbangan Rendah Emisi

Pemerintah
100 Hari Prabowo Gibran, DMO Batu Bara Didesak Dievaluasi

100 Hari Prabowo Gibran, DMO Batu Bara Didesak Dievaluasi

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau