KOMPAS.com - Studi baru dari Agora Energiewende mencatat bahwa Jerman berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 3 persen atau sekitar 18 juta ton pada tahun 2024.
Meski tetap mengalami penurunan, angka tersebut lebih rendah dibandingkan penurunan tahun 2023 sebesar 10 persen.
Ada beberapa hal yang menjadi pendorong dari penurunan emisi GRK di Jerman.
Dikutip dari Know ESG, Kamis (9/1/2025), salah satu pendorongnya adalah penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara yang menyuplai sekitar 16 persen kapasitas penggunaan batu bara dihentikan.
Baca juga: Jadi Penyumbang Emisi GRK Besar, Penerbangan Bakal Diatur Lebih Ketat
Selain itu, 55 persen listrik Jerman berasal dari energi terbarukan dan peningkatan impor listrik yang hampir setengahnya berasal dari sumber energi hijau.
"Dengan peningkatan signifikan dalam energi terbarukan dan tren positif dalam perluasan jaringan, Jerman tengah membuka jalan bagi transformasi yang sukses di semua sektor," ungkap Simon Müller, direktur Agora Energiewende Jerman.
"Pada saat yang sama, negara ini semakin diuntungkan dari penurunan emisi dan harga yang lebih murah di bursa listrik," katanya lagi.
Kendati terjadi penurunan tajam dalam emisi di sektor energi, sektor lain terutama bangunan dan transportasi tertinggal dalam mengurangi emisi.
Di sektor bangunan misalnya, emisi hanya turun sebesar 2 juta ton.
Sementara investasi dalam teknologi iklim turun tajam dan kecepatan perubahan untuk efisiensi energi mencapai titik terendah dalam sejarah.
Di sektor transportasi, emisi hanya turun 1 persen, terlihat dari penggunaan mobil penumpang meningkat serta registrasi mobil listrik mengalami penurunan yang signifikan (26 persen).
Baca juga: Transisi Energi Hijau Harus Bawa Kemakmuran dan Kesetaraan
Secara keseluruhan, Jerman gagal mencapai target emisi masing-masing sebesar 19 dan 9 juta ton di sektor transportasi dan bangunan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah negara itu mendorong lebih banyak investasi yang bisa digunakan untuk pemberian insentif adopsi teknologi hijau dan energi terbarukan.
Selain itu, investasi bisa digunakan untuk tiga hal, mendukung industri dan ekonomi dengan mengurangi pajak listrik, mereformasi biaya jaringan, serta menerapkan langkah-langkah seperti pajak berbasis CO2 dan insentif untuk mengurangi emisi mobil.
Jika langkah cepat tidak dilakukan, Jerman bisa gagal mencapai target iklim Eropa berdasarkan Peraturan Pembagian Upaya (ESR) dan berpotensi menghadapi denda atau harus membeli tunjangan emisi.
"Perlindungan iklim tetap menjadi tugas lintas generasi yang membutuhkan keputusan politik berani dan kerja sama antara bisnis, masyarakat sipil, dan politik, lebih dari sebelumnya," tambah Muller.
Baca juga: Dari Air sampai Energi, Eco Masjid di Jogja Jawab Masalah Lingkungan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya