Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emisi dari Energi Jerman Turun Drastis, tetapi Mandek di Transportasi

Kompas.com, 9 Januari 2025, 15:05 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi baru dari Agora Energiewende mencatat bahwa Jerman berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 3 persen atau sekitar 18 juta ton pada tahun 2024.

Meski tetap mengalami penurunan, angka tersebut lebih rendah dibandingkan penurunan tahun 2023 sebesar 10 persen.

Ada beberapa hal yang menjadi pendorong dari penurunan emisi GRK di Jerman.

Dikutip dari Know ESG, Kamis (9/1/2025), salah satu pendorongnya adalah penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara yang menyuplai sekitar 16 persen kapasitas penggunaan batu bara dihentikan.

Baca juga: Jadi Penyumbang Emisi GRK Besar, Penerbangan Bakal Diatur Lebih Ketat

Selain itu, 55 persen listrik Jerman berasal dari energi terbarukan dan peningkatan impor listrik yang hampir setengahnya berasal dari sumber energi hijau.

"Dengan peningkatan signifikan dalam energi terbarukan dan tren positif dalam perluasan jaringan, Jerman tengah membuka jalan bagi transformasi yang sukses di semua sektor," ungkap Simon Müller, direktur Agora Energiewende Jerman.

"Pada saat yang sama, negara ini semakin diuntungkan dari penurunan emisi dan harga yang lebih murah di bursa listrik," katanya lagi.

Kendati terjadi penurunan tajam dalam emisi di sektor energi, sektor lain terutama bangunan dan transportasi tertinggal dalam mengurangi emisi.

Di sektor bangunan misalnya, emisi hanya turun sebesar 2 juta ton.

Sementara investasi dalam teknologi iklim turun tajam dan kecepatan perubahan untuk efisiensi energi mencapai titik terendah dalam sejarah.

Di sektor transportasi, emisi hanya turun 1 persen, terlihat dari penggunaan mobil penumpang meningkat serta registrasi mobil listrik mengalami penurunan yang signifikan (26 persen).

Baca juga: Transisi Energi Hijau Harus Bawa Kemakmuran dan Kesetaraan

Secara keseluruhan, Jerman gagal mencapai target emisi masing-masing sebesar 19 dan 9 juta ton di sektor transportasi dan bangunan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah negara itu mendorong lebih banyak investasi yang bisa digunakan untuk pemberian insentif adopsi teknologi hijau dan energi terbarukan.

Selain itu, investasi bisa digunakan untuk tiga hal, mendukung industri dan ekonomi dengan mengurangi pajak listrik, mereformasi biaya jaringan, serta menerapkan langkah-langkah seperti pajak berbasis CO2 dan insentif untuk mengurangi emisi mobil.

Jika langkah cepat tidak dilakukan, Jerman bisa gagal mencapai target iklim Eropa berdasarkan Peraturan Pembagian Upaya (ESR) dan berpotensi menghadapi denda atau harus membeli tunjangan emisi.

"Perlindungan iklim tetap menjadi tugas lintas generasi yang membutuhkan keputusan politik berani dan kerja sama antara bisnis, masyarakat sipil, dan politik, lebih dari sebelumnya," tambah Muller.

Baca juga: Dari Air sampai Energi, Eco Masjid di Jogja Jawab Masalah Lingkungan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Swasta
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Swasta
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Pemerintah
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Pemerintah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pemerintah
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
LSM/Figur
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
Pemerintah
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
BUMN
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Swasta
Hadapi 'Triple Planetary Crisis', Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
Hadapi "Triple Planetary Crisis", Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
LSM/Figur
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau