Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/01/2025, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta seluruh negara agar memangkas subsidi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil.

Sebagai gantinya, anggaran untuk subsidi tersebut dialihkan untuk proyek-proyek transisi energi.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres dalam pembukaan Sidang Majelis Umum ke-15 Badan Energi Terbarukan Internasional atau International Renewable Energy Agency (Irena) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Minggu (12/1/2025).

Baca juga: Dewan Energi Nasional Usul Bangun 29 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Untuk diketahui, UEA adalah salah satu produsen sekaligus eksportir minyak besar di dunia. Kali ini, negara tersebut menjadi tuan rumah sidang Irena.

"Pemerintah, masyarakat sipil, pengusaha, dan lain-lain harus bekerja sama untuk mendukung transisi energi, termasuk mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke investasi dalam transisi energi," ucap Guterres sebagaimana dilansir Antara.

Sidang Majelis Umum Ke-15 (IRENA) digelar untuk mempercepat transisi energi di tingkat global.

Guterres mengingatkan agar transisi energi yang berlangsung juga memperhatikan keadilan bagi pihak-pihak yang terdampak.

Baca juga: SIG Manfaatkan Sampah Padat Perkotaan untuk Dijadikan Sumber Energi

Contohnya seperti pihak yang berasal dari kelas pekerja dan berbagai komunitas di kalangan masyarakat.

Berdasarkan perkembangan terkini, Guterres menilai implementasi energi terbarukan berlangsung dengan pesat, disertai dengan harga energi yang terus menurun.

"Era energi bersih akan tiba," ucap Guterres.

Akan tetapi, negara-negara berkembang masih tertinggal dari proses tersebut, sehingga dibutuhkan percepatan dalam transisi energi bagi negara-negara berkembang. 

Baca juga: Swasembada Energi Bukan Mimpi (3)

Adapun penyebab dari sulitnya transisi energi di negara-negara berkembang adalah masalah pembiayaan.

Sejak 2016, lanjut Guterres, negara-negara berkembang hanya menerima satu dari lima dollar AS investasi global untuk energi bersih.

Oleh karena itu, kendala finansial mampu diatasi bersama-sama, yakni dengan cara meningkatkan kapasitas pinjaman dari bank pembangunan multilateral, meningkatkan pembiayaan konsesi, dan mengambil langkah efektif terhadap utang.

"Kita juga membutuhkan harga karbon yang efektif dan inovasi-inovasi sumber pembiayaan," ucap Guterres.

Baca juga: Emisi dari Energi Jerman Turun Drastis, tetapi Mandek di Transportasi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau