Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekor, Bauran Energi Terbarukan Jerman Capai 59 Persen pada 2024

Kompas.com, 7 Januari 2025, 10:15 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bauran listrik di Jerman memecahkan rekor dengan pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik mencapai 59 persen pada 2024.

Bundesnetzagentur, Badan Jaringan Federal Jerman, mengungkapkan bahwa angka tersebut naik dari yang sebelumnya 56 persen di 2023.

Analis Data Iklim dan Energi di lembaga Ember, Chris Rosslowe berkata, transisi kelistrikan Jerman berlangsung sangat pesat. Tenaga surya dinilai berkembang cepat, dan menyumbang energi bersih di negara tersebut selama musim panas.

Selain itu, angin menjadi sumber energi tunggal terbesar yang berkontribusi sebesar 25,9 persen energi terbarukan.

"Tonggak sejarah yang besar telah tercapai pada 2024 ketika tenaga angin dan tenaga surya menyalip bahan bakar fosil untuk pertama kalinya, karena keduanya menjadi tulang punggung sistem kelistrikan," ungkap Rosslowe dikutip dari Euro News, Selasa (7/1/2025).

Rosslowe berpendapat, kebijakan yang dirancang untuk mempercepat energi terbarukan, terutama perizinan pembangkit angin berdampak signifikan.

"Perkembangan listrik tenaga surya didorong oleh peningkatan pesat dalam kapasitas yang terpasang sejak 2022," ucap dia.

Jerman memprioritaskan tenaga surya dengan remunerasi yang lebih besar dan penyederhanaan koneksi jaringan untuk sistem PV kecil, menaikkan tawaran maksimum dalam tender tenaga surya, serta reformasi untuk mengurangi birokrasi.

Di samping itu, warganya telah memasang panel surya di balkon rumah untuk mendukung penggunaan energi bersih.

"Pemerintah Jerman menyatakan, energi terbarukan adalah kepentingan publik yang utama, status hukum istimewa yang membuka perizinan lebih cepat dan prosedur sederhana," tutur Rosslowe.

Angka terbaru dari Bundesnetzagentur menunjukkan penurunan 10,9 persen sumber energi konvensional.

Lignit atau batu bara coklat ikut turun 8,8 persen pada 2024, hingga mencapai 16,4 persen dari bauran energi.

Sementara batu bara keras menurun 31,2 persen hingga mencapai 6,3 persen dari bauran energi. Akan tetapi, pembangkitan listrik dari gas fosil naik 8,6 persen atau menyumbang 13,2 persen dari total pembangkit karena harganya yang lebih rendah.

Energi nuklir tidak lagi berperan dalam pembangkitan listrik di Jerman, setelah pembangkit listrik tenaga nuklir terakhir ditutup pada April 2023.

Adapun Eropa telah menetapkan target netral iklim pada 2045 dengan memangkas emisi sebesar 65 persen di 2030 dibandingkan dengan tingkat tahun 1990.

Netral iklim adalah kondisi di mana emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh suatu produk, layanan, atau proses diimbangi dengan langkah-langkah perlindungan iklim.

Rosslowe menyebut, target ambisius Jerman untuk netral iklim pada 2030 sudah hampir tercapai.

"Namun upaya harus terus dilakukan untuk menyebarkan energi terbarukan dengan cepat, termasuk dengan memperluas jaringan dan meningkatkan fleksibilitas sistem melalui penyimpanan dan pengalihan permintaan," jelas dia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau