KOMPAS.com - Sepak bola menjadi salah satu olahraga yang paling digemari di seluruh dunia.
Mungkin tak banyak disadari bahwa sepak bola juga menciptakan jejak karbon yang besar, sebagian besar disebabkan oleh miliaran orang yang pulang dan pergi dari pertandingan.
Menyadari hal itu, Badan Sepak Bola Eropa (UEFA) menyadari perlunya mengurangi emisi karbon dan membuat sepak bola jauh lebih berkelanjutan.
Dalam Laporan Respect tahunannya, organisasi tersebut mengungkap beberapa kemajuan yang berkaitan dengan sepak bola berkelanjutan, termasuk capaian keberlanjutan di turnamen Euro 2024 serta strategi pengimbangan karbon yang lebih baik.
Seperti dikutip dari Sustainability Magazine, Senin (13/1/2025), pada tahun 2023/24, UEFA menginvestasikan 12,1 juta Euro untuk inisiatif keberlanjutan, melihat persentase anggotanya yang memiliki manajer dan strategi keberlanjutan.
Baca juga: Peralatan Olahraga Jadi Sumber Limbah Baru
Selama periode yang sama, jejak karbon pada acara-acara yang diselenggarakan UEFA turun dari 39.450 ton CO2 ekuivalen (tCO2e) menjadi 25.138 tCO2e.
"Saat kita menghadapi tantangan lingkungan dan sosial. Kita harus bertanya pada diri sendiri apa yang dapat kita lakukan secara kolektif untuk membuat dampak positif," ungkap Aleksander Ceferin, Presiden UEFA.
Menurutnya keberlanjutan bukan sekedar tujuan UEFA melainkan juga tanggung jawab yang diemban sepenuh hati.
UEFA juga berkomitmen untuk memastikan bahwa sepak bola mampu meninggalkan warisan positif bagi generasi mendatang.
"Ini bukan hanya tentang jejak karbon, ekonomi sirkular. Ini tentang memastikan bahwa masa depan sepak bola sepenuhnya merangkul tanggung jawab lingkungan dan sosial," kata Ceferin lagi.
Capaian dan Strategi Keberlanjutan
Laporan Respect mencatat penerapan prinsip keberlanjutan telah diaplikasikan UEFA dalam turnamen utama Euro 2024 di Jerman.
Baca juga: 10 Klub Sepak Bola Paling Berkelanjutan 2024, Dortmund Nomor Wahid
Beberapa di antaranya adalah 81 persen pemegang tiket menggunakan transportasi umum lokal, sebanyak 75 persen pengurangan penerbangan dibandingkan dengan Euro 2016, dan setidaknya 36 persen pengurangan limbah dibandingkan dengan Euro 2016.
Selain itu, 4,8 juta minuman disajikan dalam gelas yang dapat digunakan kembali dan semua stadion dioperasikan dengan energi terbarukan.
Lebih lanjut, Michele Uva, Direktur Keberlanjutan Sosial dan Lingkungan UEFA, menjelaskan bahwa organisasi juga mencari cara yang lebih baik untuk mengimbangi emisi karbonnya.
“Pada musim-musim sebelumnya, kami mengimbangi emisi yang dihasilkan oleh organisasi internal kami melalui proyek-proyek bersertifikasi Standar Emas. Pendekatan ini saja bukan lagi strategi yang tepat bagi kami,” katanya.
Namun, Michele mengatakan, "Fokus telah beralih ke berinvestasi dalam proyek-proyek ketahanan iklim yang menghasilkan dampak di luar rantai nilai kami."
“Ini adalah keputusan penting dalam penyampaian rencana pengurangan emisi kami. Kami memperkenalkan dana iklim yang memberikan dukungan finansial kepada asosiasi nasional yang menyelenggarakan acara-acara UEFA," terang Michele.
Dana itu memberdayakan asosiasi untuk mengembangkan strategi dan mengadopsi solusi inovatif yang terkait dengan efisiensi energi, energi terbarukan, konservasi air, pengelolaan limbah, atau mobilitas cerdas.
“Pendanaan tersebut secara langsung terkait dengan emisi yang dihasilkan oleh masing-masing acara yang memastikan bahwa kami mengambil langkah-langkah terukur menuju masa depan yang berkelanjutan,” paparnya.
Baca juga: Tenaga Kerja Bidang Keberlanjutan Makin Diminati di Indonesia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya