Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herman Agustiawan

Anggota Dewan Energi Nasional periode 2009-2014

Swasembada Energi Bukan Mimpi (4)

Kompas.com - 16/01/2025, 17:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dewan Energi Nasional Target dan Realisasi Bauran Energi Nasional Indonesia 2021 - 2023

Grafik Target dan Realisasi Bauran Energi Nasional Indonesia 2021-2023

Dari grafik di atas terlihat bahwa Indonesia masih mengandalkan energi fosil yang kotor, yaitu batu bara dan minyak bumi. Porsi dari dua sumber energi ini di bauran sekitar 70 persen, sedangkan sisanya sebesar 30 persen adalah dari sumber energi bersih berupa gas dan seluruh jenis EBT.

Baca juga: Rekor, Bauran Energi Terbarukan Jerman Capai 59 Persen pada 2024

 

Fakta ini ke depan menjadi tantangan bagi Indonesia, karena Indonesia ikut serta dalam COP29 (2024) dan NZE (2060) tapi masih banyak menggunakan sumber energi kotor.

Di lain pihak, target total konsumsi energi primer dalam bauran pun tidak pernah tercapai.

Selama periode 2021-2023, dari target total konsumsi sebesar 990,68 MTOE hanya 730,13 MTOE yang terkonsumsi, atau sekitar 73,7 persen.

Karena selain masih tergantung pada sumber energi kotor dan realisasi pencapaian bauran masih jauh dari target, maka Indonesia perlu program percepatan pencapaian bauran energi.

Jika program tersebut tidak dijalankan, maka target bauran dalam Perpres No. 22 tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional periode 2025 - 2050, sulit untuk dicapai

Perpres No. 22 tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) Target Bauran Energi Indonesia 2025 - 2050

Tabel Target Bauran Energi Indonesia 2025 - 2050

Untuk menuju negara swasembada energi, penulis mengusulkan perbaikan bauran energi pada 2045 sebagai berikut:

  1. Batu bara (25 persen), minyak (20 persen), gas (20 persen), EBT (35 persen)
  2. Total bauran energi primer sebesar 745 MTOE, atau sekitar 3 kali lipat dari total konsumsi pada 2023 (= 259,46 MTOE).
  3. Konsumsi listrik per kapita 4.000 kWh/tahun
  4. Total kapasitas pembangkit listrik sekitar 230 GW
  5. Jika porsi Nuklir sebesar 5 persen dalam Bauran Pembangkit tahun 2045, maka kapasitas PLTN yang harus dibangun adalah 11,5 GW.

Dalam usulan di atas, penulis mengutamakan bauran energi yang sehat (optimal) dan efisien, tetapi target total konsumsi energi tercapai.

Harapannya, tanpa mengorbankan konsumsi energi per kapita, pada tahun 2045 rasio antara porsi energi bersih dan kotor dalam bauran masing-masing 55 persen dan 45 persen.

Baca juga: RI Gabung BRICS, Saatnya Negara Berkembang Atur Sendiri Agenda Transisi Energi

Total Konsumsi Energi dan Pertumbuhan Ekonomi

Terdapat hubungan antara total konsumsi energi (KE) dan pertumbuhan ekonomi (PE).

Negara dengan pertumbuhan konsumsi energi tinggi, seperti Vietnam, memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata tahunan sebesar 7,5 persen. Negara ini mengalami proses industrialisasi yang cepat.

Sementara itu, Malaysia sebagai negara yang masuk dalam kategori negara maju baru, pertumbuhan konsumsi energinya relatif lambat (CAGR 2,1 persen). Penurunan pertumbuhan ekonomi terjadi utamanya pada saat pandemi Covid-19.

Hal ini sebagaimana yang diperlihatkan pada tabel pertumbuhan konsumsi energi dan ekonomi dari empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Jepang selama periode 2013 - 2023 berikut ini.

Diolah dari berbagai sumber Konsumsi Energi Total dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Jepang
 

Tabel Konsumsi Energi Total dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Jepang

 

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau