Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herman Agustiawan

Anggota Dewan Energi Nasional periode 2009-2014

Swasembada Energi Bukan Mimpi (4)

Kompas.com - 16/01/2025, 17:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Melanjutkan artikel bagian ketiga tentang "Swasembada Energi Bukan Mimpi,” pada bagian keempat ini penulis membahas Bauran Energi yang Sehat menuju Swasembada Energi dan Indonesia Emas 2045.

Setiap negara harus merencanakan dan menyediakan pasokan energi dalam jumlah dan jenis yang cukup serta beragam. Komposisi jenis dan jumlah energi tersebut adalah “Menu Energi” yang sering dikenal sebagai Bauran Energi (Energy Mix).

Bauran energi adalah jumlah dan jenis energi primer yang dikonsumsi oleh suatu negara/wilayah/industri.

Baca juga:

 

Energi primer mengacu kepada jenis dan jumlah energi yang belum mengalami proses konversi menjadi energi final seperti listrik, BBM dan gas yang dapat langsung digunakan.

Seperti halnya makanan yang bisa menyebabkan seseorang sakit karena kekurangan, kelebihan atau salah makan, bauran energi dalam jumlah dan jenis yang tidak cukup atau salah pun bisa menyebabkan krisis dan darurat energi.

Indonesia yang memiliki banyak ragam sumber energi, semestinya tidak tergantung hanya pada sumber energi fosil saja, tetapi juga memanfaatkan sumber EBT, termasuk nuklir.

Mengapa? Karena bauran energi yang beragam merupakan salah satu syarat utama terwujudnya Ketahanan Energi di suatu negara.

Saat ini, bauran energi dunia masih didominasi oleh bahan bakar fosil, yakni sekitar 80 persen.

Penggunaan energi fosil yang pesat di dunia dimulai sejak revolusi industri di negara-negara barat (1760 - 1850).

Meskipun demikian, bauran energi di setiap negara bisa memiliki komposisi yang berbeda-beda, sesuai dengan ketersediaan dan/atau kebutuhannya masing-masing.

Faktor yang Mempengaruhi Komposisi Bauran Energi

Terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi komposisi bauran energi di suatu negara, antara lain:

  • Ketersediaan sumber daya energi, termasuk mengimpor
  • Kualitas, kuantitas dan jenis sumber energi yang harus dipenuhi
  • Kebijakan dan regulasi pemerintah berdasarkan data historis, sosial, ekonomi, demografi, lingkungan, geopolitik dll.

Faktor-faktor tersebut telah menyebabkan bauran energi di setiap negara berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dihitung dari jumlah energi yang diproduksi, diimpor, diekspor, dan dikonsumsi di masing-masing negara.

Baca juga: Swasembada Energi Bukan Mimpi (3)

Bauran Energi Pembangkit Listrik

Terdapat perbedaan antara bauran energi di suatu negara dengan bauran energi untuk pembangkit listrik, yang terdiri dari kapasitas dan jenis pembangkitnya.

Misalnya, pada tahun 2022 kapasitas terpasang pembangkit listrik PLN adalah sebesar 81,2 GW yang terdiri dari batu bara 67,21 persen, gas 15,96 persen, EBT 14,12 persen dan minyak bumi 2,71 persen.

Ke depan, untuk mewujudkan kemandirian energi, Indonesia (harus) memanfaatkan Nuklir sebagai salah satu solusi strategis di bidang ketenagalistrikan.

Pemerintah melalui Dewan Energi Nasional telah merencanakan kapasitas PLTN sebesar 250 MW pada periode 2031-2035. Kemudian, meningkat menjadi 8 GW pada 2036-2040, dan 21 GW pada 204-2050, serta 45-54 GW pada 2060 .

Target dan Realisasi Bauran Energi

Pertanyaannya adalah, “Bagaimana target dan realisasi bauran energi Indonesia ke depan?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, pada grafik di bawah ini diperlihatkan target dan realisasi bauran energi nasional periode 2021 - 2023 yang terdiri dari EBT, minyak bumi, batu bara, dan gas bumi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau