JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat saat ini dapat mengecek hoaks terkait isu iklim melalui platform berbasis kecerdasan buatan (AI) Fakta Iklim.
Platform ini resmi dirilis Prosa.ai, Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ) Indonesia, dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada Kamis (21/1/2025).
Chief Scientist of Text Prosa.ai, Ayu Purwarianti, mengatakan bahwa Fakta Iklim bisa dipakai pengguna dengan memasukkan kata kunci seputar iklim di https://faktaiklim.prosa.ai/search secara gratis.
“Kami punya website-nya, ada beberapa fitur di mana kita bisa kirimkan informasi yang mau kita cek, lalu AI akan menginformasikan, memberikan respons apakah info ini kemungkinan besar hoaks atau bukan dan memberikan referensi,” ujar Ayu dalam acara peluncuran.
Fakta Iklim menggunakan informasi dari lembaga pemerintahan hingga pemberitaan media yang kredibel untuk mengumpulkan data terkait. Pengembang pun mengizinkan pengguna yang hendak memakai data di dalam platform.
“Data kami open source, harapannya dengan data semua dibuka banyak peneliti, perusahaan, lembaga pemerintah, atau lembaga NGO yang tertarik untuk mengembangkan,” tutur Ayu.
Selain berbahasa Indonesia, Fakta Iklim menyediakan tiga bahasa daerah yang dapat digunakan pengguna yakni Bahasa Minang, Bali, dan Bugis.
Ayu menyampaikan, hal itu dilakukan lantaran tiga bahasa tersebut paling banyak dituturkan masyarakat Indonesia setelah Bahasa Jawa dan Sunda.
Baca juga: Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar
“Dia (Fakta Iklim) juga bisa menerima query bahasa Inggris. Jadi ini multilingual, user bisa memasukkan input berupa bahasa apa saja. Utamanya di tiga bahasa ini tambah Bahasa Indonesia,” jelas dia.
Kendati begitu, Ayu menyebutkan platform AI tersebut belum bisa melakukan tanya-jawab dengan pengguna lantaran masih tahap pengembangan.
Pengguna Bisa Laporkan Hoaks soal Iklim
Sementara itu, Product Manager Prosa.ai, Mokhamad Wildan Marzuqon, menuturkan, pengguna bisa mengakses fitur Fakta Iklim via Telegram. Lainnya, dapat melaporkan informasi iklim yang disinyalir sebagai hoaks.
“Misal nanti kita ada temuan mungkin di media sosial ataupun di berita terkait isu hoaks yang mungkin belum ada ya di website-nya (Fakta Iklim), jadi kita bisa cek dulu,” papar Wildan.
“Misalnya belum ada atau masih tulisan ‘deteksi sebagai fakta’ itu kita bisa laporkan di sini,” tambah dia.
Nantinya pengelola AI menganalisis informasi, lalu merilis fakta soal laporan pada platform tersebut.
“Di kemudian hari, misal ada orang yang mencari dengan query atau topik tersebut, dia sudah deteksi sebagai hoaks,” sebut Wildan.
Baca juga: Kebocoran CCS Berisiko Perparah Perubahan Iklim, Bagaimana Mitigasinya?
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya