Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Aliman Shahmi
Dosen

Dosen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mahmud Yunus Batusangkar

Gas dan Rem Energi Terbarukan: Ambisi Vs Realitas Indonesia

Kompas.com - 31/01/2025, 08:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Namun, di sisi lain, subsidi energi fosil masih terus berlanjut, memberikan sinyal yang berlawanan bagi pasar energi.

Sebagai contoh, pemerintah telah menetapkan tarif listrik berbasis EBT yang lebih kompetitif melalui Peraturan Menteri ESDM No. 50 Tahun 2017.

Namun, di saat sama, kebijakan subsidi batu bara tetap dipertahankan, menjadikan energi fosil lebih menarik secara ekonomi dibandingkan energi terbarukan.

Kebijakan DMO (Domestic Market Obligation) yang mengharuskan perusahaan batu bara menjual sebagian produksinya dengan harga murah ke PLN adalah salah satu bentuk "rem" dalam transisi energi, yang secara tidak langsung melemahkan daya saing energi terbarukan.

Tidak hanya itu, proyek gasifikasi batu bara sebagai solusi energi transisi juga menuai kritik. Program ini digadang-gadang sebagai solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG, tetapi pada kenyataannya tetap bergantung pada batu bara, yang merupakan sumber energi kotor.

Dengan kata lain, alih-alih mempercepat transisi ke energi hijau, kebijakan ini justru memperpanjang usia energi fosil dalam bauran energi nasional.

Transisi yang lebih konsisten

Agar Indonesia dapat keluar dari dilema "gas dan rem" dalam transisi energi, diperlukan pendekatan yang lebih konsisten dan berkelanjutan.

Salah satu langkah penting yang dapat diambil adalah secara bertahap menghapus subsidi energi fosil.

Pengalihan anggaran yang sebelumnya dialokasikan untuk subsidi batu bara dan bahan bakar fosil dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan infrastruktur energi baru dan terbarukan.

Selain itu, stabilitas regulasi menjadi faktor krusial dalam menarik investasi di sektor energi hijau. Kepercayaan investor akan meningkat jika kebijakan yang diterapkan lebih jelas dan insentif fiskal yang menarik diberikan secara konsisten.

Tidak kalah pentingnya, Indonesia juga perlu melakukan diversifikasi sumber energi terbarukan.

Potensi energi panas bumi dan biomassa, misalnya, dapat dimanfaatkan lebih optimal mengingat pasokannya yang lebih stabil dibandingkan energi intermiten seperti tenaga surya.

Kemajuan teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia juga menjadi faktor utama dalam mendukung transisi energi.

Kerja sama dengan universitas, lembaga riset, dan industri dapat mempercepat inovasi serta meningkatkan efisiensi dalam pengembangan energi hijau.

Partisipasi swasta dan masyarakat juga perlu didorong, salah satunya melalui model bisnis berbasis komunitas, seperti pemanfaatan solar rooftop yang dikelola masyarakat secara mandiri.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bahlil Janjikan Setiap Desa Punya Panel Surya Berkapasitas 1 MW
Bahlil Janjikan Setiap Desa Punya Panel Surya Berkapasitas 1 MW
Pemerintah
Sawah Menyusut, Petani Gurem Melejit, Alarm Ketahanan Pangan Nasional
Sawah Menyusut, Petani Gurem Melejit, Alarm Ketahanan Pangan Nasional
LSM/Figur
Krisis Iklim Bikin Aedes aegypti Naik Gunung, Risiko DBD Meningkat
Krisis Iklim Bikin Aedes aegypti Naik Gunung, Risiko DBD Meningkat
LSM/Figur
Mayoritas Bisnis Laporkan Keuntungan Ekonomi dari Dekarbonisasi
Mayoritas Bisnis Laporkan Keuntungan Ekonomi dari Dekarbonisasi
Swasta
Kementerian ESDM: Sektor Panas Bumi Serap 1.533 Tenaga Kerja Hijau
Kementerian ESDM: Sektor Panas Bumi Serap 1.533 Tenaga Kerja Hijau
Pemerintah
Potensi Panas Bumi RI Capai 23.742 MW, tapi Baru Terkelola 10 Persen
Potensi Panas Bumi RI Capai 23.742 MW, tapi Baru Terkelola 10 Persen
Pemerintah
Industri Pelayaran Terancam Gagal Capai Target Bahan Bakar Bersih 2030
Industri Pelayaran Terancam Gagal Capai Target Bahan Bakar Bersih 2030
Swasta
Anggaran Kemenhut 2026 DItetapkan Sebesar Rp 6,04 Triliun
Anggaran Kemenhut 2026 DItetapkan Sebesar Rp 6,04 Triliun
Pemerintah
Tradisi Sasi: Cerita, Realita, dan Harapannya untuk Konservasi
Tradisi Sasi: Cerita, Realita, dan Harapannya untuk Konservasi
LSM/Figur
Guru Besar IPB: Revisi PP 24/2021 Harus Dijalankan dengan Hati-hati
Guru Besar IPB: Revisi PP 24/2021 Harus Dijalankan dengan Hati-hati
LSM/Figur
Belasan Tahun Dirawat, Orang Utan Mungky dan Dodo Kini Kembali ke Hutannya
Belasan Tahun Dirawat, Orang Utan Mungky dan Dodo Kini Kembali ke Hutannya
LSM/Figur
Celios Dorong 23 Ribu Desa Jadi Basis Pangan Restoratif, Kurangi Ketergantungan Beras
Celios Dorong 23 Ribu Desa Jadi Basis Pangan Restoratif, Kurangi Ketergantungan Beras
LSM/Figur
Krisis Iklim: Petani Berjaket dan Gembol Es Batu, Meninggal karena Panas Ekstrem
Krisis Iklim: Petani Berjaket dan Gembol Es Batu, Meninggal karena Panas Ekstrem
LSM/Figur
Celios: Terlalu Beras, Kebijakan Pangan Kita Berisiko Hiperinflasi
Celios: Terlalu Beras, Kebijakan Pangan Kita Berisiko Hiperinflasi
LSM/Figur
KLH Perluas Perdagangan Karbon Global, Gandeng Global Carbon Council dan Plan Vivo
KLH Perluas Perdagangan Karbon Global, Gandeng Global Carbon Council dan Plan Vivo
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau