Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Jawab Akar Masalah, Tanggul Laut Dinilai Bakal Sia-sia

Kompas.com, 1 Februari 2025, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Pembangunan tanggul laut di Pantai Utara (Pantura) Jawa dinilai akan sia-sia karena tidak menjawab akar permasalahan yang ada.

Anggota Bidang Politik Sumber Daya Alam (SDA) Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah Parid Ridwanuddin mengatakan, dalih pembangunan tanggul laut raksasa untuk mencegah kenaikan permukaan laut adalah salah kaprah.

Pasalnya, kondisi Pantura Jawa telah mengalami beban ekologis yang sangat berat akibat kebijakan-kebijakan di masa lampau yang menjadikan wilayah tersebut sebagai kawasan ekonomi.

Baca juga: Pemerintah Tegaskan Bangun Tanggul Laut 700 Km, dari Banten sampai Jawa Timur

Hal tersebut, ujar Parid, tercermin dari banyaknya industri di kawasan Pantura Jawa yang menyebabkan percepatan penurunan muka tanah.

Di satu sisi, perubahan iklim membuat situasi di kawasan Pantura menghadapi kenaikan permukaan air laut yang parah. Kedua faktor tersebut menjadi beban ganda.

Parid menuturkan, alih-alih membangun tanggul laut, pemerintah seharusnya mengevaluasi berbagai kebijakan yang menyebabkan beban ekologis di Pantura Jawa.

Jika permukaan laut semakin meninggi akibat krisis iklim dan muka air tanah semakin menurun, Parid menyampaikan kehadiran tanggul laut akan tidak berfungsi.

Baca juga: Ekonomi Biru hingga Tanggul Laut Jadi Bahasan Prabowo-Xi Jinping

"Jadi walaupun tanggul laut dibangun, tetapi tidak ada koreksi terhadap kualitas tata ruang, pilihan pembangunan tanggul laut akan sia-sia," kata Parid saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (1/2/2025).

Dia menambahkan, berbagai kebijakan saat ini juga mengindikasikan tidak pernah ada evaluasi yang serius terhadap pilihan pembangunan dan politik tata ruang di Pantura Jawa.

Di sisi lain, kehadiran tanggul laut juga akan menimbulkan beban ekologis tambahan kepada wilayah pesisir. Contohnya kerusakan ekosistem dan terumbu karang.

Selain itu, kehadiran tanggul laut juga akan menggusur nelayan dan membuat mereka semakin sulit mengakses penghidupannya.

Baca juga: Muhaimin Kritik Food Estate dan Tanggul Laut Raksasa

Parid berujar, pembangunan tanggul laut juga menjadi praktik maladaptasi terhadap krisis iklim yang terjadi.

"Harusnya kalau kita membicarakan soal adaptasi krisis, itu harus berbicara kepada apa yang disebut dengan prinsip keadilan iklim," ujarnya.

Prinsip keadilan iklim tersebut salah satunya adalah pengakuan yang mengakui hak-hak nelayan sekaligus melibatkan mereka dalam proses pengambilan kebijakan.

"Selama ini kita enggak pernah melihat dalam persoalan-persoalan yang terkait prinsip iklim itu nelayan dilibatkan," jelasnya.

Baca juga: 4 Dampak Giant Sea Wall Menurut Walhi

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Swasta
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pemerintah
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Pemerintah
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
LSM/Figur
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Swasta
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
LSM/Figur
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Swasta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
BUMN
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Pemerintah
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
Pemerintah
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Pemerintah
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
LSM/Figur
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau