KOMPAS.com - Survei global baru yang dilakukan Back to Blue, sebuah inisiatif kesehatan laut terkemuka menemukan ada kesenjangan yang mengkhawatirkan pada anak muda mengenai bagaimana mereka melihat peran vital laut dalam perubahan iklim dan pentingnya tindakan untuk melindunginya.
Survei ini mengungkap sebagian besar kaum muda memang khawatir tentang keselamatan laut. Namun mereka tidak tahu di mana letak tanggung jawabnya.
Kaum muda ini juga lebih memprioritaskan perlindungan hutan, pengurangan polusi udara, dan penanggulangan kelangkaan air tawar.
Baca juga:
Selain itu, kaum muda juga memiliki harapan tinggi terhadap pemerintah, LSM, dan masyarakat lokal. Tetapi mereka memiliki harapan rendah terhadap bisnis.
Ini menyoroti kesalahpahaman tentang siapa yang bertanggung jawab atas pencemaran laut.
Dikutip dari Euro News, Kamis (6/2/2025) kesenjangan literasi laut ini menurut survei terjadi di antara kaum muda yang berusia 18-24 tahun di 35 negara.
Survei dari 3.500 responden survei menemukan bahwa 75 persen kaum muda khawatir tentang kondisi kesehatan laut.
Namun, hanya sedikit yang mengakui adanya bahaya yang dialami lautan atau cara-cara untuk mencegahnya.
Setidaknya hampir setengah (47 persen) kaum muda menganggap lautan masih sehat.
Republik Dominika, Puerto Riko, dan Filipina termasuk di antara beberapa negara teratas yang meyakini lautan masih sehat, meski negara tersebut tengah berjuang melawan polusi plastik, degradasi terumbu karang, serta hilangnya habitat.
Hal tersebut menunjukkan kaum muda tidak sepenuhnya memahami kondisi lautan kita.
Sementara sebanyak 61 persen anak muda justru memprioritaskan masalah iklim lainnya, seperti penggundulan hutan, daripada konservasi laut.
Perspeketif itu diyakini oleh 88 persen kaum muda di Panama, negara yang berbatasan dengan Samudra Pasifik dan Laut Karibia, di mana laut memainkan peran penting dalam perekonomian.
“Sungguh mengejutkan dan mengkhawatirkan melihat begitu banyak anak muda salah menilai kesehatan laut. Rendahnya tingkat literasi laut ini berisiko menghambat kemajuan dan pendanaan untuk melindungi laut kita,” kata Peter Thomson, Utusan PBB untuk Kelautan.
“Kita harus berinvestasi dalam mendidik anak muda tentang pentingnya kesehatan laut dan cara menjaganya untuk masa depan,” tambahnya.
Peneliti dalam survei ini juga punya pendapat yang serupa. Memperkuat literasi laut sangat penting untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran laut yang beragam.
Laut tidak hanya menjadi penggerak ekonomi lokal melalui industri seperti perikanan, pariwisata, dan energi terbarukan, tetapi juga penyangga penting terhadap dampak perubahan iklim.
“Laut adalah salah satu area yang paling diabaikan dan kurang didanai dalam keberlanjutan global, namun penurunannya berdampak langsung pada cara hidup kita,” papar Thomson.
Saat ini, laut secara diam-diam menghadapi kenaikan permukaan laut, melonjaknya suhu dan tingkat keasaman, serta ancaman yang tidak dapat diubah terhadap keanekaragaman hayati karena aktivitas manusia.
Paling tidak hal yang dapat kita lakukan adalah memahaminya dengan lebih baik dan menjadikannya prioritas untuk diselamatkan dan peningkatan literasi laut dapat membantu menekan para pembuat kebijakan.
Baca juga:
Pasalnya, survei menemukan pula hanya sedikit permintaan dari kalangan anak muda untuk melakukan tindakan atau akuntabilitas yang signifikan dari para pemangku kepentingan untuk memastikan kesehatan laut.
Sedangkan hanya 17 persen yang menginginkan perusahaan dan bisnis mengambil tanggung jawab yang lebih besar.
"Sangat menarik melihat bahwa beberapa anak muda menyadari bahwa laut dapat berperan dalam mengatasi dampak perubahan iklim dan merusak kesehatan laut akan merugikan,” kata Emma McKinley, seorang pakar literasi laut dan peneliti senior di Universitas Cardiff.
“Namun, studi ini menunjukkan bahwa tidak semua anak muda menyadari perlunya menuntut lebih banyak tindakan dari pemerintah dan sektor swasta untuk lebih memprioritaskan kesehatan laut.”
Peneliti dalam studi ini pun meminta para pendidik dan pembuat kebijakan untuk memasukkan literasi laut ke dalam kurikulum sekolah untuk membekali generasi mendatang dengan pengetahuan dan perangkat yang dibutuhkan untuk melindungi lautan dan mengatasi tantangan yang dihadapinya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya