Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Gunung Everest, Sekjen PBB Ungkap Es Pegunungan Himalaya Banyak yang Mencair

Kompas.com - 01/11/2023, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Dari kaki Gunung Everest, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan efek perubahan iklim dan pemanasan global sudah semakin mengerikan.

Guterres menuturkan, Pegunungan Himalaya di Nepal telah kehilangan hampir sepertiga lapisan esnya selama lebih dari 30 tahun akibat pemanasan global.

Dia memperingatkan, jika suhu Bumi naik melampai 1,5 derajat celsius di atas tingkat praindustri, berbagai bencana akan mengintai.

Baca juga: Gelar Pesta Rakyat Flobamoratas, Pemuda NTT Suarakan Krisis Iklim

Pemanasan yang terjadi di Pegunungan Himalaya Asia Selatan bahkan lebih besar daripada rata-rata global.

Dalam video yang dinggah di akun X-nya (dulu Twitter) Guterres menyerukan agar era bahan bakar fosil, sebagai penyebab utama pemanasan global, harus diakhiri.

“Hari ini, dari kaki Gunung Everest, saya melihat sendiri dampak buruk krisis iklim di Pegunungan Himalaya,” tulis Guterres.

Dia menambahkam, ketika suhu Bumi meningkat, lapisan es atau gletser yang mencair akan semakin banyak, mengancam kehidupan dan penghidupan seluruh masyarakat.

“Saya di sini hari ini untuk berseru dari seluruh dunia: hentikan kegilaan ini,” kata Guterres, sebagaimana dilansir Euronews.

Baca juga: 13 Musisi Indonesia Bersatu Suarakan Aksi Iklim, Luncurkan Album “sonic/panic”

Dampak perubahan iklim di Himalaya

Guterres memperingatkan, mencairnya lapisan es di Pegunungan Himalaya akan mengakibatkan danau dan sungai kebanjiran.

Melubernya danau dan sungai akan menimbulkan bencana. Luapannya akan berakhir ke laut dan menyebabkan permukaan air laut semakin meninggi.

Dalam sebuah laporan, para ilmuwan memperingatkan bahwa gletser di Hindu-Kush Himalaya bisa mencair hingga 75 persen pada akhir abad ini jika pemanasan global terus berlanjut.

Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Badai Menguat dengan Cepat

Hal ini akan menyebabkan banjir yang berbahaya sekaligus membuat kehilangan sumber air bagi 240 juta orang yang tinggal di wilayah pegunungan.

“Suhu yang mencapai rekor berarti pencairan gletser yang memecahkan rekor. Nepal telah kehilangan hampir sepertiga esnya hanya dalam waktu 30 tahun,” kata Guterres.

Ia juga mendesak negara-negara untuk membatasi kenaikan suhu global tidak melampaui 1,5 derajat celsius untuk menghindari dampak terburuk dari krisis iklim.

Gletser sedang menyusut, kita tidak bisa mundur. Kita harus bergerak maju dalam aksi iklim,” tutup Guterres dalam videonya.

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Kehidupan Tumbuhan Jadi Punah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genjot Pemanfaatan EBT, PLN akan Bangun 'Smart Grid' dan Jaringan Transmisi

Genjot Pemanfaatan EBT, PLN akan Bangun "Smart Grid" dan Jaringan Transmisi

BUMN
Rektor IPB: Tak Hanya Sawit, Indonesia Punya Banyak Sumber Bioenergi

Rektor IPB: Tak Hanya Sawit, Indonesia Punya Banyak Sumber Bioenergi

LSM/Figur
Teknologi Baru Ini Diklaim Bisa Ubah Air Limbah Jadi Avtur Berkelanjutan

Teknologi Baru Ini Diklaim Bisa Ubah Air Limbah Jadi Avtur Berkelanjutan

Pemerintah
Bahlil: Industri Mobil Listrik Global Andalkan RI untuk Pasok Nikel

Bahlil: Industri Mobil Listrik Global Andalkan RI untuk Pasok Nikel

Pemerintah
Berbagai Cara Pelestarian Mangrove, Rehabilitasi sampai Libatkan Masyarakat

Berbagai Cara Pelestarian Mangrove, Rehabilitasi sampai Libatkan Masyarakat

LSM/Figur
Ketahui Sumber-sumber Jejak Karbon yang Dihasilkan Manusia

Ketahui Sumber-sumber Jejak Karbon yang Dihasilkan Manusia

Pemerintah
15 Tahun The Climate Reality Indonesia, Amanda Katili Niode Luncurkan 'Memoar Pegiat Harmoni Bumi'

15 Tahun The Climate Reality Indonesia, Amanda Katili Niode Luncurkan "Memoar Pegiat Harmoni Bumi"

LSM/Figur
Penolakan Proyek Geothermal di Padarincang: Dilema Energi Terbarukan

Penolakan Proyek Geothermal di Padarincang: Dilema Energi Terbarukan

Pemerintah
Mengenal 'Net Zero Emission' hingga Strateginya

Mengenal "Net Zero Emission" hingga Strateginya

LSM/Figur
Deforestasi RI Terburuk Kedua di Dunia, 1,18 Juta Hektare Hutan Rusak

Deforestasi RI Terburuk Kedua di Dunia, 1,18 Juta Hektare Hutan Rusak

LSM/Figur
Peta Jalan Penyelenggaraan dan Pembinaan Bangunan Gedung Hijau Diluncurkan, Ini Isinya

Peta Jalan Penyelenggaraan dan Pembinaan Bangunan Gedung Hijau Diluncurkan, Ini Isinya

Pemerintah
Prancis Berencana Jadikan 'Spare Part' PLTN yang Ditutup jadi Alat Dapur, Amankah?

Prancis Berencana Jadikan "Spare Part" PLTN yang Ditutup jadi Alat Dapur, Amankah?

Pemerintah
Akibat Krisis Iklim, Risiko Tabrakan Hiu Paus dengan Kapal Semakin Tinggi

Akibat Krisis Iklim, Risiko Tabrakan Hiu Paus dengan Kapal Semakin Tinggi

Pemerintah
Koalisi Masyarakat Minta Pemerintah Tingkatkan Perlindungan Nelayan Kecil

Koalisi Masyarakat Minta Pemerintah Tingkatkan Perlindungan Nelayan Kecil

LSM/Figur
KLHK dan UNEP Jalin Kolaborasi di Bidang Hutan dan Lingkungan

KLHK dan UNEP Jalin Kolaborasi di Bidang Hutan dan Lingkungan

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau