JAKARTA, KOMPAS.com - Sampah makanan rumah tangga semakin menjadi perhatian di Indonesia. Berdasarkan Food Waste Index Report dari United Nations Environment Programme (UNEP), Indonesia tercatat sebagai negara dengan produksi sampah makanan rumah tangga terbesar di Asia Tenggara, mencapai 14,73 juta ton per tahun.
Limbah makanan yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK), yang turut mempercepat perubahan iklim global.
Kondisi ini yang kemudian mendorong mahasiswa dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Alya Zahra Sabira, menginisiasi proyek Lembur Lestari, proyek berbasis komunitas untuk mendorong masyarakat dalam mengelola sampah makanan rumah tangga secara berkelanjutan.
Baca juga: KLH Gelar Aksi Desa Bebas Sampah, Pendekatan Hulu Cegah Limbah
Alya Zahra Sabira yang juga menjadi penerima Beasiswa SCG Sharing the Dream 2024 ini menginisiasi program Lembur Lestari dengan membangun fasilitas pembuatan kompos serta mengumpulkan dan mengolah lebih dari 341 kg sampah makanan dari 40 rumah tangga di Desa Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, menjadi kompos yang dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat sekitar.
Sejak diluncurkan pada September 2024, proyek Lembur Lestari menghadirkan berbagai inisiatif dalam upaya mengoptimalkan pengelolaan sampah makanan rumah tangga.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah (waste management) dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Selanjutnya, Alya bersama tim Lembur Lestari memulai pembangunan fasilitas kompos pertama di desa tersebut. Setelah fasilitas kompos beroperasi, tahap berikutnya adalah Pengumpulan Sampah Rumah Tangga dari 40 rumah tangga di Desa Sukaraja.
Hingga saat ini, proyek Lembur Lestari telah berhasil mengumpulkan lebih dari 341 kg sampah makanan rumah tangga, yang kemudian diolah menjadi kompos dan dikembangkan menjadi produk yang memiliki nilai jual.
Presiden Direktur PT SCG Indonesia, Chakkapong Yingwattanathaworn, menyatakan bahwa pihaknya meyakini kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan merupakan kunci utama dalam mewujudkan target Net Zero 2050.
Baca juga: Bukan Hanya Konsumen, Produsen Wajib Kurangi Sampah Plastik
"Program ini tidak hanya membangun kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga, tetapi juga berkontribusi dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca melalui kolaborasi erat dengan masyarakat Desa Sukaraja,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Selasa (18/2/2025).
Dia menyatakan bahwa dengan memberdayakan komunitas, pengelolaan sampah yang lebih bertanggung jawab bisa dicapai.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya