Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Iklim Lipatgandakan Durasi Gelombang Panas Laut

Kompas.com - 16/04/2025, 20:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Penelitian terbaru dari Mediterranean Institute for Advanced Studies di Mallorca mengungkap bahwa krisis iklim telah menggandakan durasi gelombang panas laut di seluruh dunia. 

Kondisi itu memperbesar risiko bencana alam, merusak ekosistem laut, dan mengurangi kemampuan laut menyerap emisi karbon.

Gelombang panas laut yang ekstrem bisa memicu badai yang lebih kuat. Contohnya adalah badai pemicu banjir besar di Libya pada 2023 yang menewaskan lebih dari 11.000 orang. 

Para peneliti mengatakan, kemungkinan bencana seperti itu kini 50 kali lebih besar akibat pemanasan global.

Laut yang semakin panas berdampak besar pada ekosistem penting seperti terumbu karang dan hutan lamun (rumput laut). Selain itu, suhu laut yang tinggi membuat laut kurang efektif menyerap karbon dioksida, sehingga mempercepat pemanasan bumi.

Penelitian ini merupakan kajian komprehensif pertama yang mengevaluasi dampak krisis iklim terhadap gelombang panas laut. 

Baca juga: Apakah Pemanasan Global Bisa Dihentikan?

Studi yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini menganalisis data suhu laut sejak 1940 dan membandingkannya dengan model suhu tanpa pemanasan global.

Hasilnya? Pada 1940-an, gelombang panas laut terjadi rata-rata 15 hari per tahun. Kini, jumlahnya melonjak jadi hampir 50 hari per tahun secara global. Bahkan di kawasan tropis seperti Samudra Hindia dan Pasifik Barat, gelombang panas bisa terjadi hingga 80 hari per tahun—atau satu dari setiap lima hari.

Menurut Dr. Marta Marcos, pemimpin studi ini, suhu laut di kawasan Mediterania kini bisa naik hingga 5°C, menjadikannya "seperti berenang di dalam sup". 

"Satu-satunya solusi adalah mengurangi pembakaran bahan bakar fosil karena lebih dari 90 persen panas tambahan yang terperangkap oleh emisi gas rumah kaca tersimpan di lautan. Jika berhenti menghangatkan atmosfer, Anda akan berhenti menghangatkan lautan,” kata Marcos.

Dr. Zoe Jacobs dari National Oceanography Centre, Inggris, menyoroti bahwa gelombang panas laut tak hanya berdampak ekologis, tapi juga mengancam ekonomi masyarakat pesisir. Industri perikanan, akuakultur, dan pariwisata berpotensi mengalami kerugian jutaan dolar.

Baca juga: Pemanasan Global Bikin Kadar Oksigen di Danau-danau Dunia Menurun

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Unhans dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

Unhans dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

LSM/Figur
Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Pemerintah
MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

BUMN
Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Swasta
Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

LSM/Figur
Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Pemerintah
Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

LSM/Figur
KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

Pemerintah
75 Tahun Hubungan RI-China Jadi Momentum Perkuat Pembangunan Hijau

75 Tahun Hubungan RI-China Jadi Momentum Perkuat Pembangunan Hijau

LSM/Figur
Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemerintah
KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

Swasta
Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Pemerintah
Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

LSM/Figur
Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

LSM/Figur
Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau