JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) berencana bekerja sama dengan Belanda dan Korea Selatan, untuk mengelola sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono, menyebutkan peluang kerja sama itu dibuka setelah kedua negara mengirimkan proposal pengelolaan sampah.
"Belanda baru menawarkan kami, kami sudah ada pertemuan. Jadi, Korea itu lagi purpose untuk menyelesaikan sampah yang tertumpuk di Bantargebang," kata Diaz dalam acara Indonesia Climate Policy Outlook 2025 yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2025).
Baca juga: Hari Peduli Sampah Nasional, Pemprov DKI Ajak Warga Ikut Bersih-bersih
Dia mengungkapkan, sampah yang dikelola merupakan tumpukan lama dengan berat sekitar 56 juta ton. Nantinya, salah satu perusahaan dari Belanda akan menyediakan teknologi pengelolaannya.
"Dan Koreanya itu perusahaan carbon trading di mana nanti sampahnya diselesaikan, metananya diambil. Tahap negosiasinya nanti," tutur Diaz.
Dia menyatakan, pemerintah terbuka untuk bekerja sama dengan negara mana pun terkait pengelolaan sampah.
Baru-baru ini, KLH memperluas kerja sama dengan pemerintah Norwegia di sektor lingkungan hidup.
Hal ini ditandai dengan pertemuan Kementerian Lingkungan Hidup RI dan Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen, Rabu (19/2/2025).
Pertemuan bilateral tersebut membahas kerja sama strategis terkait triple planetary crisis yakni perubahan iklim, pencemaran lingkungan, hingga hilangnya keanekaragaman hayati.
Baca juga: SCG Indonesia Dukung Pengelolaan Sampah secara Bertanggung Jawab
“Kami melihat potensi besar untuk kolaborasi dengan Indonesia dalam berbagai bidang yang dibutuhkan,” ucap Andreas dalam keterangan resminya.
“Tidak hanya memangkas emisi, namun juga menyelaraskannya dengan penciptaan lapangan kerja, peluang, nilai-nilai baik bagi masyarakat Indonesia dan Norwegia," lanjut dia.
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol, menyebutkan bahwa Indonesia dan Norwegia tah bekerja sama dalam meningkatkan cadangan karbon, restorasi lahan gambut, dan konservasi keanekaragaman hayati.
Karenanya, pada pertemuan itu KLH mengusulkan beberapa perubahan pada nota kesepahaman yang sebelumnya telah ditandatangani antara lain penurunan emisi, mekanisme kelembagaan, dan bentuk kemitraan.
Baca juga: KLH Gelar Aksi Desa Bebas Sampah, Pendekatan Hulu Cegah Limbah
Kemudian, perjanjian kontribusi dengan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), yang mengatur pendanaan berbasis kontribusi (Result Based Contribution/RBC) dari Norwegia untuk mendukung program Folu Net Sink 2030.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya