KOMPAS.com - Harga kopi dunia meroket mencapai angka tertinggi dalam 50 tahun terakhir.
Suryono dari Koperasi Alko, produsen kopi di Jambi, mengungkapkan bahwa hal tersebut setidaknya dalam jangka pendek justru menguntungkan bagi Indonesia.
"Biasanya, harga kopi arabika Indonesia dikenal sebagai yang tertinggi, sekitar 7-9 dollar AS. Saat ini Brasil justru yang naik, bisa 8 dollar AS per kilogram. Kita belum naik," katanya.
"Karena harga kita lebih murah, akan ada potensi pembeli luar cari dari Indonesia," imbuhnya saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (2/3/2025).
Meski produksi kopi di Amerika Latin, Vietnam, dan Afrika terdampak dan banyak mengalami gagal panden, Suryono mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini cukup stabil.
Ketidakpastian cuaca dan iklim terjadi, tetapi belum terlalu parah dampaknya, setidaknya dalam jangka pendek.
Baca juga: Standar Pelaporan Emisi Kakao Terbit, Dorong Cokelat Berkelanjutan
"Masalah cuaca dan iklim ada. Tapi yang terjadi lebih ke panen lebih cepat. Di Aceh, misalnya, biasanya April baru panen, saat ini Januari sudah panen," terangnya.
Kopi Indonesia panen tidak serentak. Aceh panen lebih dulu dibanding wilayah Sumatera bagian tengah seperti Padang, Jambi, dan Bandung.
"Hasilnya malah sekarang kopi ada terus yang panen, tidak putus," ujar Suryono.
Menurutnya, jika ada hal mendesak yang perlu dilakukan Indonesia dalam waktu dekat, itu adalah peremajaan tanaman kopi.
"Tanaman kita sudah berusia 15 tahun lebih. Produktivitasnya sudah turun," ungkapnya.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, harga kopi dunia mencapai titik tertingginya dalam 50 tahun terakhir. Di Brasil dan Honduras, curah hujan yang datang terlambat mengakibatkan gagal panen.
Karena dinamika harga saat ini terpengaruh oleh iklim, maka keuntungan yang dialami Indonesia saat ini bisa jadi sementara. Suatu saat, Indonesia pun akan mengalami dampak iklim.
Baca juga: Harga Kopi Capai Titik Termahal dalam 50 Tahun, Sayangnya Perubahan Iklim Sebabnya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya