KOMPAS.com - Sebuah perusahaan di Uni Emirat Arab (UEA) memanfaatkan lalat untuk menangani sampah dan menjadikannya bahan bakar pesawat berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF).
Perusahaan bernama Circa Biotech tersebut memanfaatkan jenis lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF), sebagaimana dilansir Reuters, 23 Januari 2025.
Co-Founder Circa Biotech Haytham Riyahi mengatakan, maggot atau larva dari BSF merupakan serangga yang mampu melumat habis limbah organik.
Baca juga: Jagorawi, Tol Pertama di Indonesia yang Punya Fasilitas Pengolahan Sampah Lalat Tentara Hitam
Mulanya, sampah-sampah organik sisa makanan diangkut ke gudang perusahaan di Gurun Al Ain, UEA. Di sana, sampah organik tersebut diproses dan diberikan ke sekumpulan maggot BSF.
Dalam lima hari saja, separuh dari limbah tersebut sudah susut dari setengahnya karena dimakan maggot BSF.
"Dalam 10 hari, mereka (maggot BSF) tumbuh 500 kali dari berat awalnya. Mereka makan semua sampah makanan yang kami berikan kepadanya," kata Riyahi kepada Reuters.
Setelah itu, maggot-maggot tersebut dipanen. Sebagian besar dikeringkan, sebagian lagi dibesarkan menjadi lalat.
Baca juga: AI Bantu Tangani Problem Sisa Makanan yang Terbuang
Maggot-maggot yang dikeringkan kemudian diekstral protein dan minyaknya.
Proteinnya dimanfaatkan sebagai pakan untuk hewan. Sedangkan minyaknya dipakai sebagai bahan bakar nabati.
Salah satu pemanfaatan dari bahan bakar nabati dari maggot BSF adalah untuk SAF.
Di sisi lain, lalat yang dibesarkan dari maggot dibiarkan bertelur untuk bisa menghasilkan maggot lain. Sehingga siklusnya bisa terus berlangsung.
Baca juga: Gas Metana dari Sisa Makanan Bisa Sebabkan Pemanasan Global
Riyahi menyampaikan, apa yang dilakukan perusahaannya tersebut dapat membantu menangani masalah lingkungan global.
Pasalnya, sampah sisa makanan bukan hanya menjadi masalah UEA, namun menjadi masalah global.
Dia menambahkan, proses tersebut dapat mengatasi permasalahan sampah makanan sekaligus menciptakan sumber energi alternatif.
"Untuk diketahui, sepertiga makanan yang diproduksi terbuang begitu saja dan mayoritas berakhir di tempat pembuangan akhir," ujar Riyahi.
Baca juga: Tidak Punya Kebun untuk Mengompos Sisa Makanan? Gunakan Cara Ini
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya