Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AI Bantu Tangani Problem Sisa Makanan yang Terbuang

Kompas.com, 17 Oktober 2024, 21:27 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia menghasilkan cukup makanan untuk 8 miliar orang penduduknya, sayang hampir 40 persen darinya terbuang sia-sia.

Pemborosan ini tidak hanya berdampak pada ketahanan pangan tetapi juga berkontribusi terhadap emisi karbon, menjadikan sistem pangan sebagai penyumbang terbesar kedua terhadap perubahan iklim.

Di sinilah, menurut Daniel Khachab, CEO Choco, kecerdasan buatan (AI) bisa membantu memerangi sampah makanan.

Baca juga: 18 Fakta Sampah Makanan yang Perlu Jadi Perhatian

Choco merupakan platform yang memungkinkan restoran dan pemasok untuk saling menyederhanakan proses pemesanan, sehingga menghemat waktu, uang, dan makanan, yang menyebabkan sampah makanan.

Petani dan produsen yang menjadi tulang punggung produksi pangan dapat menggunakan AI untuk mengoptimalkan proses mereka, mengurangi inefisiensi, dan membuat produksi pangan lebih berkelanjutan.

Mengutip Sustainability Magazine, Kamis (17/10/2024) perusahaan seperti Google dan Microsoft telah memelopori penggunaan AI di bidang ini.

Google telah memanfaatkan AI untuk transparansi rantai pasokan, menggunakan platform seperti Tracemark untuk melacak bahan baku dan mengekang penggundulan hutan.

AI yang dikembangkan Google juga membantu pengecer meningkatkan perkiraan permintaan dan manajemen inventaris sehingga mengurangi limbah makanan.

Baca juga: Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

Microsoft berfokus untuk membantu konsumen membuat pilihan yang lebih berkelanjutan.

AI-nya menawarkan bantuan belanja yang dipersonalisasi, dengan mempertimbangkan jumlah anggota keluarga, preferensi makanan, dan anggaran.

Bahkan, AI ini memberikan kiat belanja ramah lingkungan dan menghasilkan ide resep berdasarkan apa yang tersedia, sehingga mengurangi sampah makanan rumah tangga.

Perusahaan makanan pun juga bisa mengadopsi AI untuk membantu mengurangi sampah makanan.

Contohnya, Walmart menggunakan AI untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, meningkatkan perkiraan permintaan, dan menyederhanakan operasi.

Alat AI generatif mereka menawarkan rekomendasi produk yang dipersonalisasi, membantu pelanggan membuat pilihan yang berkelanjutan dengan memberikan saran khusus konteks.

Baca juga: Pemerintah Perlu Dorong Bahan Lokal untuk Ketahanan Pangan

AI dan Keberlanjutan

Daniel menekankan urgensi untuk mengatasi tantangan sampah makanan, terutama karena perubahan iklim semakin parah dan populasi global diperkirakan akan mencapai 10 miliar pada tahun 2050.

“Kita sudah menghadapi tantangan signifikan akibat perubahan iklim, dan pada tahun 2050, sistem pangan kita perlu memenuhi kebutuhan 10 miliar populasi global,” jelas Daniel.

“Inefisiensi dalam sistem pangan saat ini mempercepat kita menuju masa depan yang memperburuk masalah seperti kemiskinan, kesenjangan, dan ketidakstabilan politik, yang menyoroti urgensi untuk mengatasi krisis kemanusiaan ini,” katanya lagi.

Baca juga: Bank Dunia Ingatkan Indonesia Berpotensi Hadapi Masalah Ketahanan Pangan

Kesadaran akan peran pemborosan makanan dalam perubahan iklim sangat penting dan AI adalah alat yang ampuh dalam mengatasi masalah ini. Kita semua memiliki peran untuk mengurangi sampah makanan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
LSM/Figur
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Pemerintah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
LSM/Figur
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
LSM/Figur
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Swasta
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Pemerintah
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
Pemerintah
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Swasta
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
LSM/Figur
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
LSM/Figur
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
LSM/Figur
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Pemerintah
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
Pemerintah
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau