KOMPAS.com - Penelitian dari Our World in Data menunjukkan polusi udara global telah mencapai puncaknya, ditunjukkan dengan menurunnya emisi polutan utama seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan karbon monoksida.
Penurunan emisi tersebut didorong oleh teknologi yang lebih bersih, peraturan yang lebih ketat, dan peningkatan kesadaran akan dampak polusi terhadap kesehatan.
Mengutip Sustainability Magazine, Senin (10/3/2025), Our World in Data menemukan bahwa titik balik bagi banyak polutan terjadi pada akhir abad ke-20 atau awal abad ke-21.
Perubahan tersebut paling terlihat di negara-negara kaya yang standar kualitas udaranya telah menghasilkan pengurangan emisi yang besar.
Namun, di negara-negara berpenghasilan rendah, tingkat polusi tetap tinggi dan dalam beberapa kasus, masih meningkat.
Swarandeep Singh, Direktur Program Otomasi di ABB, menekankan pentingnya momen ini.
Baca juga: Polusi Udara Kurangi Kemampuan Orang untuk Fokus
"Salah satu perkembangan lingkungan yang paling signifikan namun kurang dilaporkan, dunia tampaknya telah mencapai puncak polusi udara,” katanya.
Meski mengakui masih ada tantangan kualitas udara di wilayah yang mengalami industrialisasi pesat, Swarandeep menggambarkan tren penurunan keseluruhan sebagai pencapaian luar biasa yang patut dirayakan.
Kemajuan itu pun menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak harus mengorbankan kesehatan lingkungan.
"Penurunan emisi ini merupakan bukti dari teknologi yang lebih baik, peraturan yang lebih ketat, dan meningkatnya kesadaran akan dampak polusi terhadap kesehatan,” tambah Swarandeep.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Shan Vahora, Pendiri Klean yang menyebut penurunan menyoroti kekuatan kebijakan dan inovasi.
“Data menunjukkan bahwa emisi sulfur dioksida, karbon monoksida, dan beberapa polutan udara utama lainnya telah menurun secara global sejak mencapai puncaknya pada akhir abad ke-20,” jelasnya.
“Bukan sekadar berita baik, ini bukti bahwa kerja sama internasional dan inovasi teknologi dapat memecahkan tantangan lingkungan yang besar,” katanya lagi.
Pengecualian
Kendati emisi yang berasal polutan utama telah menurun namun satu polutan yakni amonia justru meningkat. Amonia ini utamanya diproduksi melalui aktivitas pertanian.
Peningkatan amonia ini menghadirkan tantangan yang signifikan karena polutan tersebut berkontribusi terhadap buruknya kualitas udara dan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem.
Baca juga: UNICEF: 100 Kematian Anak per Hari di Asia Timur Terkait Polusi Udara
Namun Lubomila Jordanova, CEO dan Pendiri Plan A, menggambarkan masalah ini sebenarnya bisa dipandang sebagai tantangan sekaligus peluang.
"Pupuk berkelanjutan dan pertanian regeneratif dapat mengubah produksi pangan sekaligus mengekang emisi," katanya.
Penurunan polusi udara sendiri memiliki manfaat kesehatan yang jelas.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, jutaan orang masih meninggal dini akibat polusi udara setiap tahun.
Namun, seiring menurunnya emisi, angka-angka ini dapat turun secara signifikan.
“Jutaan orang meninggal sebelum waktunya akibat polusi udara lokal, tetapi kita dapat mengurangi jumlah ini secara signifikan,” ungkap Hannah Ritchie, Wakil Editor di Our World in Data dan Peneliti Senior di Universitas Oxford, di Inggris.
Tantangannya sekarang adalah memastikan bahwa kemajuan terus berlanjut terutama memastikan penurunan tingkat polusi di negara-negara berpenghasilan rendah dengan tingkat industrialisasi yang pesat.
Polusi udara, menurut Ritchie, cenderung mengikuti pola yang dapat diprediksi yang dikenal sebagai Environmental Kuznets Curve.
Pola tersebut mengungkapkan polusi meningkat seiring industrialisasi negara-negara dan kemudian menurun seiring dengan meningkatnya kemakmuran dan penerapan peraturan yang lebih ketat.
Namun dengan penurunan polutan tersebut fokus saat ini adalah mempertahankan momentum dengan memastikan bahwa negara-negara bergerak menuju pertumbuhan yang lebih bersih daripada generasi sebelumnya dan mempercepat transisi menuju udara bersih.
Baca juga: Pemerintah Diminta Tegakkan Hukum untuk Atasi Polusi Udara
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya