KOMPAS.com - Badan perdagangan dan pembangunan PBB (UNCTAD) mengungkapkan keberadaan lautan sangat penting bagi semua kehidupan di dunia karena menopang keanekaragaman hayati, mengatur iklim, dan menghasilkan oksigen.
Tak hanya itu saja, laut juga memiliki potensi ekonomi besar yang mampu memberikan ketahanan pangan, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong perdagangan global.
Sayangnya, potensi besar laut tersebut menghadapi berbagai ancaman mulai dari tata kelola yang buruk, kurangnya investasi, hingga perubahan iklim.
Hal itu termasuk lautan yang sudah memanas, naiknya permukaan air laut, dan bahaya cuaca ekstrem yang membahayakan ekosistem laut, populasi ikan, infrastruktur pesisir, dan rute pelayaran, khususnya bagi masyarakat pesisir.
Selain dampak terkait iklim, kurangnya dana untuk pelestarian laut dan praktik-praktik yang merugikan semakin mengancam lautan dunia.
Baca juga: Survei Sebut Literasi Anak Muda tentang Laut Kurang
“Meskipun lautan mewakili 70 persen biosfer, kurang dari satu persen bantuan pembangunan global diinvestasikan untuk konservasi dan pemanfaatan berkelanjutannya,” ungkap David Vivas, Kepala Perdagangan, Lingkungan, dan Cabang Pembangunan Berkelanjutan UNCTAD di sela-sela Forum Kelautan PBB ke-5 di Jenewa.
Setidaknya butuh 175 miliar dollar AS setiap tahun untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-14, yakni melindungi kehidupan di bawah air.
Namun hanya 4 miliar dollar AS yang disumbangkan dari tiap negara, filantropis, dan investasi swasta, menjadikan laut sebagai SDG yang paling kurang didanai.
Investasi laut kontras dengan industri perikanan global yang mendapat subsidi 22 miliar dollar AS, di mana investasi tersebut malah merugikan karena berkontribusi terhadap penangkapan ikan yang berlebihan.
“Bagian planet yang sangat besar ini sama sekali tidak terlihat dalam hal konservasi penggunaan berkelanjutan untuk generasi mendatang,” terang Vivas dikutip dari laman resmi United Nations, Senin (10/3/2025).
Kendala lebih lanjut yang membatasi potensi ekonomi kelautan juga melibatkan tarif yang sangat tinggi di antara negara-negara berkembang.
Negara-negara berpenghasilan tinggi menerapkan tarif 3,2 persen pada produk ikan sementara negara-negara berkembang rata-rata menerapkan tarif 14 persen di antara mereka sendiri, yang sangat membatasi perdagangan.
Potensi Laut
Ekonomi laut dunia sendiri telah tumbuh 250 persen sejak tahun, 1995 jauh melampaui ekonomi global yang tumbuh sebesar 190 persen selama periode yang sama.
Baca juga: Mikroplastik Jadi Tantangan Serius di Laut, Bisa Ancam Manusia
"Jumlah ekspor barang dan jasa laut tumbuh sangat cepat, mencapai 2,2 triliun dollar AS pada 2023," kata Vivas.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya