JAKARTA, KOMPAS.com - Greenpeace Indonesia menilai bahwa fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) di Rorotan, Jakarta Utara hanya solusi palsu pengolahan sampah.
Pasalnya, RDF Rorotan menimbulkan bau menyengat bahkan memicu infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak-anak.
“Selain tidak menyelesaikan akar masalah, proses RDF juga menghasilkan polusi udara yang signifikan yang makin memperburuk kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat,” ungkap Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, dalam keterangannya, Senin (24/3/2025).
Menurut dia, RDF digunakan untuk mengolah sampah yang dapat menghasilkan energi alternatif. Akan tetapi, RDF ini dianggap bukan solusi permasalahan sampah di Jakarta.
RDF di Bantargebang, misalnya, hanya mampu mengolah 1.500- 2.000 ton sampah per hari. Sementara, total sampah yang diterima TPST Bantargebang mencapai 7.500-8.000 ton perhari.
"Riset International Pollutants Elimination Network menyebut, pengolahan sampah melalui RDF rata-rata mengandung hingga 50 persen limbah plastik campuran yang tergolong limbah berbahaya," kata Leonard.
Limbah yang dibakar di klin semen dan insinerator tersebut, berpotensi menyebabkan pencemaran udara yang dihirup warga sekitar.
Karenanya, Greenpeace mendorong pemerintah beralih ke solusi yang lebih berkelanjutan, mulai dari pengelolaan sampah berbasis pemilahan hingga penerapan kebijakan yang ketat untuk mengurangi kemasan plastik sekali pakai.
Juru Kampanye Isu Plastik dan Perkotaan Greenpeace Indonesia, Ibar Akbar, menuturkan pemerintah harus serius menerapkan regulasi pengurangan plastik sekali pakai.
"Termasuk insentif untuk sistem guna ulang sebagai langkah serius untuk mengurangi dampak limbah plastik,” ucap Ibar.
Baca juga: Carbon, Capture and Storage: Solusi Hijau Betulan atau Palsu?
Pihaknya pun menyoroti permasalahan utama dari bau menyengat di RDF Rorotan adalah sampah yang tidak terpilah dan kotor. Pemerintah lantas diminta menerapkan sistem pemilahan sampah dari sumbernya sesuai hierarki sampah.
Klaim Pemprov DKI
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, sebelumnya telah melakukan audiensi dengan warga pada Kamis (20/3/2024).
Kepada warga, Pramono menyatakan bahwa teknologi yang digunakan dalam proses pencacahan, pemilahan dan pengeringan di fasilitas RDF Plant Rorotan menggunakan mesin dari Eropa.
Adapun penyebab bau tidak sedap yang tercium oleh warga sekitar RDF Plant Rorotan disebabkan oleh proses commissioning atau uji coba guna mencari pola operasi yang optimal saat digunakan, yang menggunakan sampah lama. Sedangkan, teknologi RDF Plant didesain untuk mengolah sampah baru.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya