KLATEN, KOMPAS.com – Di sudut dapurnya yang sederhana, Teguh Sutikno tersenyum sambil menyalakan kompor. Api biru menyala stabil, bukan dari elpiji, melainkan dari gas yang dihasilkan oleh kotoran sapi.
"Dulu, kami harus antre beli elpiji, sekarang cukup pakai limbah ternak," kata warga Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, itu kepada tim Kompas.com saat berkunjung ke kediamannya Minggu (23/2/2025).
Di Kampung Mandiri Energi Margo Mulyo Desa Mundu, limbah kotoran sapi yang dulunya dianggap sebagai masalah kini menjadi sumber energi ramah lingkungan sekaligus penyelamat Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur.
Program biogas di Kampung Mandiri Energi Margo Mulyo merupakan bagian dari inisiatif keberlanjutan yang didukung oleh AQUA Klaten melalui program tanggung jawab sosialnya dan Pusur Institute.
Baca juga: Sekolah Lapang Pertanian Dorong Petani sebagai Garda Depan Konservasi Air
Kolaborasi tersebut bertujuan tidak hanya menciptakan kemandirian energi, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan di sekitar Sub DAS Pusur.
Di belakang rumah-rumah warga Desa Mundu, terlihat kandang-kandang sapi berjejer dengan tumpukan limbah ternak.
Sebelum ada biogas, kotoran ternak tersebut sering kali mengotori lingkungan. Beberapa warga bahkan membuangnya ke sungai sehingga menyebabkan pencemaran air.
“Dulu, ketika musim kemarau, limbah ternak sering mengering dan terbawa angin, baunya menyebar ke mana-mana. Ada juga yang akhirnya dibuang ke sungai. Warga belum sadar bahwa ini masalah serius,” cerita Teguh yang juga Ketua Kelompok Ternak Kampung Mandiri Energi Margo Mulyo Desa Mundu.
Baca juga: Ubah Sampah Jadi Berkah, Kisah Bank Sampah Semutharjo Selamatkan Sungai Pusur
Namun sejak Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) mengenalkan teknologi biogas pada 2014, kebiasaan itu perlahan berubah.
Limbah ternak warga itu diproses dalam digester biogas—tangki fermentasi berbentuk kubah yang tertanam di tanah. Di dalamnya, proses anaerob terjadi sehingga mampu mengubah limbah organik menjadi gas metana. Gas ini kemudian dialirkan ke rumah-rumah warga sebagai bahan bakar untuk memasak.
Selain gas, proses tersebut pun menghasilkan pupuk dalam bentuk cair dan padat yang lebih ramah lingkungan.
Berkat inisiatif itu, sungai Pusur yang dulu tercemar menjadi bersih. Pusur Institute, organisasi yang fokus pada konservasi Sub DAS Pusur, turut mendampingi warga agar pengelolaan limbah tetap berkelanjutan.
Baca juga: River Tubing Pusur, Indahnya Kolaborasi Menjaga Sungai
Tak semua warga langsung percaya pada teknologi biogas. Pada awalnya, banyak yang ragu apakah biogas benar-benar bisa menggantikan elpiji.
Namun, Teguh dan kelompok ternaknya tetap bersemangat. Mereka memulai program arisan biogas untuk membangun digester secara bertahap.
“Awalnya (yang memiliki digester hanya) satu rumah, lalu bertambah. Sekarang di Dusun Mundu ada sekitar 70 rumah yang pakai biogas, di daerah lain ada sekitar 40 rumah,” jelas Teguh.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya