Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/03/2025, 13:31 WIB
Hotria Mariana,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Pelang di dekat rumah Teguh menjadi bukti perjalanan panjang ini. Papan tersebut tertulis nama dan tanggal dibangunnya instalasi biogas pertama di Desa Mundu, yakni pada 13 Februari 2014.

Baca juga: Menjaga Kemurnian Sumber Air Jadi Investasi untuk Masa Depan

Teguh mengungkapkan, pembangunan satu unit digester biogas membutuhkan biaya sekitar Rp 8-10 juta. Namun, nominal ini setimpal dengan manfaat yang dirasakan dan terbukti berkelanjutan.

“Warga tak lagi perlu membeli gas elpiji setiap bulan. Selain itu, limbah yang keluar dari digester bisa langsung digunakan sebagai pupuk cair atau padat untuk tanaman,” terangnya.

Keamanan dan efisiensi

Meski manfaatnya besar, penggunaan biogas bukan tanpa tantangan. Salah satu pertanyaan yang kerap muncul dari warga yang baru mengenal biogas adalah soal keamanannya, “Apakah bisa meledak?”. Teguh tertawa kecil ketika mengingat pertanyaan itu.

“Enggak bisa. Ini beda dengan elpiji yang bertekanan tinggi. Biogas kalau berlebih, ya, akan terbuang dengan sendirinya ke udara, jadi aman,” jelasnya.

Baca juga: Kotoran Sapi Jadi Energi, Sungai Tak Lagi Tercemari

Dari segi efisiensi, biogas memang sedikit lebih lambat dalam proses memasak daripada elpiji. Namun, selisihnya tak begitu signifikan.

"Enggak sampai semenit bedanya," ujar Teguh.

Hal terpenting, imbuhnya, biogas tidak berbayar. Setiap peternak yang memiliki digester bisa memanfaatkan energi ini sepuasnya tanpa biaya tambahan.

Kini, warga Desa Mundu tidak hanya menikmati gas gratis dari ternak mereka, tetapi juga ikut serta dalam upaya pelestarian lingkungan. Sungai Pusur lebih terjaga, dan pencemaran dari limbah ternak berkurang drastis.

Baca juga: Kisah dari Daerah Resapan Air: Berkat Alpukat Martabat Terangkat

Ketika harga elpiji naik atau langka di pasaran pun, warga Mundu tak lagi panik. Mereka punya energi sendiri, hasil dari kotoran sapi yang setiap hari diproduksi oleh ternak.

"Selama ada sapi, (maka) ada gas (tersedia)," ujar Teguh sambil terkekeh.

Biogas tidak hanya membuat warga lebih hemat, tetapi juga menjaga lingkungan dan memastikan sumber daya air tetap lestari.

"Dulu orang melihat kotoran sapi itu sebagai sampah, sekarang justru sebagai berkah," kata Teguh menutup percakapan.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang


Terkini Lainnya

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau