Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bencana Terkait Air Picu Kerugian hingga 550 Miliar Dolar AS

Kompas.com, 27 Maret 2025, 20:00 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Utusan Khusus Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB untuk Isu Air, Retno Marsudi, mengungkapkan kerugian akibat bencana terkait air mencapai 550 miliar dolar AS sepanjang 2024.

Berdasarkan catatan, kekeringan menyebabkan kerugian ekonomi sebesar 124 miliar dolar AS.

"Pada saat bicara banjir, angkanya lebih besar lagi. Jadi di tahun 2024, water related disaster itu menyebabkan kerugian ekonomi 550 billion dolar AS. Kalau kita tidak bijak bersikap terhadap air, efisiensi, masalah buang sampah impact-nya akan ke kita," kata Retno dalam acara yang digelar di Jakarta Pusat, Rabu (26/3/2025).

Di sisi lain, data Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menunjukkan bahwa melelehnya gletser di dunia memicu hilangnya 900 gigaton sumber utama air tawar. Angka ini mencetak rekor dalam kurun 50 tahun terakhir. Menurut Retno, air laut sudah mengalami kenaikan secara signifikan sejak tahun 1900.

"Di tahun 2023, data PBB mencatat 32 juta jiwa yang terkena dampak air dalam satu tahun saja. 680 juta orang yang hidup di low coastal zone terancam naiknya permukaan air laut," jelas dia.

Retno menuturkan, sebanyak 29,4 juta orang terdampak kekeringan pada 2023. Diprediksi, tiga per empat penduduk di dunia akan terdampak kekeringan di tahun 2050 mendatang.

Baca juga: Laju Kenaikan Permukaan Air Laut Melonjak 2 Kali Lipat 

"Data kita menyatakan 3 miliar orang hidup dengan risiko karena air yang terkontaminasi. Itu tantangan tiga besar yang dialami oleh air di seluruh dunia. Tidak saja di Indonesia, tapi di seluruh dunia," imbuhnya.

Diplomasi Air

Dalam rangka Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret 2025, Retno menekankan pentingnya bagi penduduk dunia meningkatkan diplomasi air.

Dalam diplomasi, kata dia, inti utamanya ialah mendekatkan berbagai kepentingan agar tercapai hasil yang maksimal.

Pasalnya, konflik terkait air lintas negara sering kali muncul di mana pihak yang terlibat tidak ingin membahasnya lebih lanjut.

"Pada saat sudah tidak mau bicara, maka diplomasi harus dikerahkan. Karena diplomasi itu sifatnya adalah mencoba bicara persuasif, kemudian mencoba menjembatani beberapa perbedaan," papar Retno.

Ia turut menyoroti banyak masyarakat yang tak menyadari bahwa dunia sedang menghadapi krisis air serius. Jika dibandingkan dengan krisis energi atau pangan, isu air justru kurang mendapat perhatian.

"Di situlah sangat penting untuk berbicara terus kepada masyarakat, karena kalau masyarakat tidak aware bahwa kita sedang menghadapi sebuah tantangan yang sangat luar biasa mengenai air, maka tidak akan ada perubahan kebiasaan," ucap Retno.

Baca juga: 4 Langkah Jaga Siklus Air Bersih Berkelanjutan Menurut Ahli

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kemenhut Tetapkan Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Kemenhut Tetapkan Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Pemerintah
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
LSM/Figur
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
Pemerintah
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Pemerintah
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
LSM/Figur
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
Pemerintah
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Pemerintah
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
LSM/Figur
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Swasta
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Pemerintah
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
LSM/Figur
Subsidi LPG 3 Kg Diproyeksikan Turun 21 Persen, Jaringan Gas Jadi Alternatifnya
Subsidi LPG 3 Kg Diproyeksikan Turun 21 Persen, Jaringan Gas Jadi Alternatifnya
LSM/Figur
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau