Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 30 Maret 2025, 13:49 WIB
HTRMN,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

"Dulu, banyak desa yang tidak mendapat air. Sekarang, dengan sistem ini, enam desa bisa mengairi sawahnya secara adil," ujar Sumartono.

Keenam desa tersebut adalah Juwiring, Kenaiban, Bulurejo, Kwarasan, Tanjung, dan Bolopleret.

Agar distribusi tetap terkendali, forum menunjuk seorang juru kunci bendungan. Ia bertugas mengawasi pembagian air dan memastikan tidak ada petani yang mengambil lebih banyak dari jatahnya.

Dengan sistem ini, konflik antarpetani yang dulunya sering terjadi akibat perebutan air bisa ditekan.

Baca juga: Ubah Sampah Jadi Berkah, Kisah Bank Sampah Semutharjo Selamatkan Sungai Pusur

Dampak besar bagi petani

Setelah bertahun-tahun berjuang, hasil kerja keras para relawan mulai terlihat. Kini, lebih dari 80 persen lahan yang dulu tidak terairi telah kembali produktif. Desa-desa sekitar yang dulunya acuh tak acuh soal irigasi pun jadi peduli. Para petani yang sebelumnya hanya berkeluh kesah tanpa paham akar permasalahan sekarang jadi mengerti.

Menurut Sumartono, keberadaan forum ini tidak hanya mengalirkan air, tetapi juga mengubah pola pikir petani.

"Dulu, kalau air habis, petani hanya bilang ‘yah airnya kurang’. Padahal airnya ada, hanya tidak dikelola dengan baik," ujarnya.

Dengan sistem irigasi baik, Sumartono mengungkapkan, hasil pertanian meningkat secara signifikan.

"Sekarang satu hektare sawah bisa menghasilkan Rp 40-45 juta per musim panen. Petani tidak lagi bergantung pada pompa diesel," tambahnya.

Baca juga: Sekolah Lapang Pertanian Dorong Petani sebagai Garda Depan Konservasi Air

Air yang mengalir alami melalui irigasi juga membantu menghemat biaya pertanian. Petani tidak perlu lagi membeli solar atau gas untuk mengoperasikan pompa air.

Selain itu, lingkungan sekitar menjadi lebih hijau. Sawah yang sebelumnya mengering kini kembali subur dengan tanaman padi yang tumbuh lebat.

Meski banyak perubahan positif, tantangan masih ada. Hingga kini, tidak ada bantuan rutin dari pemerintah untuk operasional FRI. Semua biaya perawatan masih ditanggung oleh petani melalui sistem urunan dan gotong royong.

Selain itu, perubahan iklim menjadi tantangan besar. Saat musim kemarau panjang, debit air yang masuk ke bendungan menurun drastis. Namun, relawan tetap berupaya membagi air seadil mungkin.

"Kalau debit air rendah, kami harus membuat jadwal lebih ketat. Ada desa yang harus menunggu lebih lama, dan ini sering jadi tantangan," ujar Sumartono.

Meski begitu, semangat gotong royong tetap menjadi kekuatan utama. Bagi para relawan, Jogo Toya tidak hanya soal menjaga aliran air, tetapi juga mempertahankan kemandirian petani.

"Apa yang kami lakukan ini dengan ikhlas. Harapannya, usaha ini bisa memberi manfaat bagi petani, agar air bisa terus menghidupi sawah mereka. Selama kami masih ada, air harus tetap mengalir," kata Sumartono tersenyum.

 
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau