Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 26 April 2025, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPR) RI Daerah Pemilihan (Dapil) Maluku Saadiah Uluputty mendorong pentingnya pelibatan kearifan lokal dalam mengatasi krisis iklim.

Menurut Saadiah, masyarakat adat di wilayah timur Indonesia, khususnya Maluku, memiliki tradisi yang sarat nilai konservasi, seperti Sasi.

Sasi merupakan merupakan sistem pengelolaan sumber daya alam yang memungkinkan alam memulihkan diri melalui pembatasan aktivitas manusia dalam kurun waktu tertentu.

Baca juga: Jadi Tuan Rumah KTT Iklim COP30, Brasil Bujuk China hingga Eropa Lebih Ambisius

"Sasi bukan sekadar hukum adat, tapi juga bentuk konservasi berbasis etika dan spiritualitas. Ini warisan penting yang harus dilibatkan dalam kebijakan nasional," kata Saadiah di Ambon, Jumat (25/4/2025), sebagaimana dilansir Antara.

Dia juga menyoroti pembangunan yang mengabaikan keseimbangan ekologis justru mempercepat kerusakan lingkungan. 

Di Maluku, Saadiah mencatat meningkatnya ancaman terhadap pulau-pulau kecil akibat naiknya permukaan laut serta rusaknya ekosistem laut yang mempersulit kehidupan nelayan tradisional.

Sebagai legislator yang membidangi sektor pertanian, kehutanan, dan kelautan, Saadiah menekankan pentingnya memperkuat kebijakan lingkungan yang melibatkan masyarakat secara aktif.

Baca juga: Bilang Tolong dan Terima Kasih di ChatGPT Malah Berkontribusi terhadap Perubahan Iklim

Dia juga mendorong agar alokasi anggaran untuk konservasi ditingkatkan dan pengawasan di daerah diperkuat. 

"Bumi tidak bisa menunggu. Kita harus bergerak cepat, tidak hanya mengandalkan regulasi, tetapi juga memastikan implementasinya berjalan dengan baik," tegasnya.

Saadiah juga menggarisbawahi pentingnya pendidikan ekologis sejak dini. Ia menilai kesadaran mencintai Bumi harus ditanamkan pada anak-anak agar mereka tumbuh dengan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan.

"Menjaga Bumi adalah menjaga kehidupan. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab kita bersama," papar Saadiah.

Baca juga: Sempat Turun, Investasi Iklim di AS Kini Kembali Bergairah

Saadiah juga mengapresiasi inisiatif komunitas lokal dan pemuda yang mulai aktif melakukan aksi-aksi kecil namun berdampak, seperti penanaman mangrove, bersih pantai, dan pengelolaan sampah mandiri. 

Dia menilai, gerakan akar rumput seperti ini perlu didukung lewat kebijakan dan insentif pemerintah.

Saadiah juga menekankan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah daerah, pusat, serta dunia usaha, sangat penting untuk memastikan keberlanjutan ekosistem di wilayah pesisir dan kepulauan. 

Terlebih, Maluku sebagai daerah maritim memiliki posisi strategis dalam menjaga ekosistem laut Indonesia.

"Jika kita gagal melindungi daerah-daerah terdepan seperti Maluku, kita bukan hanya kehilangan wilayah, tapi juga kehilangan identitas kita sebagai bangsa maritim," papar Saadiah.

Baca juga: Investasi Pangan Terancam, Kerugian akibat Iklim Bisa Capai 38 Triliun Dollar AS

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau