Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produsen Energi Fosil Sebabkan Kerugian Ekonomi Paling Besar akibat Perubahan Iklim

Kompas.com - 26/04/2025, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Ilmuwan kini bisa berhasil menghitung seberapa besar dampak aktivitas perusahaan energi fosil terhadap kerugian ekonomi akibat perubahan iklim.

Penghitungan tersebut dilakukan oleh dua peneliti dari Dartmouth College, Amerika Serikat (AS), dan diterbitkan di jurnal Nature, Rabu (23/4/2025), sebagaimana dilansir Euronews.

Menurut penghitungan dan kalkulasi mereka, perusahaan-perusahaan migas besar menyebabkan kerugian ekonomi akibat perubahan iklim sebanyak 28 triliun dollar AS atau sekitar Rp 471.327 triliun atau Rp 471 kuadriliun.

Baca juga: Emisi Industri Bahan Bakar Fosil Picu Kenaikan Signifikan Permukaan Laut

Para peneliti tersebut melakukan penghitungan dengan memperkirakan polusi yang disebabkan oleh 111 perusahaan tinggi karbon di dunia.

Para peneliti memperkirakan, setiap 1 persen gas rumah kaca (GRK) yang dilepaskan ke atmosfer sejak 1990 telah menyebabkan kerugian senilai 502 miliar dollar AS atau sekitar Rp 8,4 kuadriliun hanya akibat kelebihan panas karena pemanasan global.

Penghitungan yang mereka lakukan belum termasuk biaya yang dikeluarkan akibat cuaca ekstrem lainnya akibat perubahan iklim seperti badai, kekeringan, dan banjir.

Dari kalkulasi yang dilakukan, separuh jumlah kerugian ekonomi akibat perubahan iklim, berasal dari 10 produsen bahan bakar fosil yakni Saudi Aramco, Gazprom, Chevron, ExxonMobil, BP, Shell, National Iranian Oil Co, Pemex, Coal India, dan British Coal Corporation.

Di urutan teratas, Saudi Aramco dan Gazprom masing-masing disebut peneliti menyebabkan kerugian ekonomi senilai lebih dari 2 triliun dollar AS atau sekitar Rp 33 kuadriliun, menurut perhitungan tim peneliti. 

Baca juga: Transisi dari Bahan Bakar Fosil Bisa Perkuat Ketahanan Energi Negara

Salah satu penulis studi tersebut, Justin Mankin, menuturkan, studi tersebut berangkat dari pertanyaan: siapa yang harus diminta pertanggungjawaban atas kerugian ekonomi akibat perubahan iklim?

"Dan itu benar-benar mengarah pada pertanyaan termodinamika tentang dapatkah kita melacak bahaya iklim dan atau kerusakannya kembali ke penghasil emisi tertentu?" Kata Mankin, dilansir dari Euronews, Kamis (24/4/2025) .

Dampak emisi

Para peneliti menuturkan, mereka memulai kalkulasinya melalui emisi akhir yang diketahui dari berbagai produk yang diproduksi oleh 111 perusahaan berorientasi karbon terbesar yang telah ada sejak 137 tahun lalu.

Produk-produk tersebut seperti bensin atau listrik dari pembangkit listrik tenaga batu bara.

Mereka menggunakan 1.000 simulasi komputer yang berbeda untuk menerjemahkan emisi tersebut menjadi perubahan suhu permukaan rata-rata Bumi dengan membandingkannya dengan dunia tanpa emisi  dari perusahaan-perusahaan yang diteliti.

Baca juga: Setengah Emisi CO2 Dunia Berasal dari 36 Perusahaan Bahan Bakar Fosil

Para peneliti juga menghitung seberapa besar polusi masing-masing perusahaan berkontribusi terhadap lima hari terpanas dalam setahun.

Caranya yakni menggunakan 80 simulasi komputer lagi dan kemudian menerapkan rumus yang menghubungkan intensitas panas ekstrem dengan perubahan dalam hasil ekonomi.

Sistem ini dimodelkan berdasarkan teknik yang telah mapan yang telah digunakan para ilmuwan selama lebih dari satu dekade untuk menghubungkan peristiwa cuaca ekstrem dengan perubahan iklim.

Mankin mengatakan, penelitiannya tersebut membuktikan secara ilmiah siapa yang berkontribusi terhadap kerusakan akibat perubahan iklim.

Shell menolak berkomentar saat dihubungi Euronews. Aramco, Gazprom, Chevron, Exxon Mobil, dan BP tidak menanggapi permintaan komentar dari Euronews.

Baca juga: Cuap-cuap Transisi Energi, G7 Masih Subsidi Bahan Bakar Fosil

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
PIS dan doctorSHARE Hadirkan Rumah Sakit Kapal untuk Tingkatkan Akses Kesehatan di Papua
PIS dan doctorSHARE Hadirkan Rumah Sakit Kapal untuk Tingkatkan Akses Kesehatan di Papua
BUMN
Banyak Klaim Berlebihan, Perlu Metode Tepat Pengurangan Emisi Karbon
Banyak Klaim Berlebihan, Perlu Metode Tepat Pengurangan Emisi Karbon
LSM/Figur
Ban Aus Jadi Ancaman Tersembunyi bagi Ekosistem Perairan
Ban Aus Jadi Ancaman Tersembunyi bagi Ekosistem Perairan
LSM/Figur
Kasus Kusta Indonesia Tertinggi Ketiga di Dunia, Stigma Hambatan Utama Eliminasinya
Kasus Kusta Indonesia Tertinggi Ketiga di Dunia, Stigma Hambatan Utama Eliminasinya
Pemerintah
Indonesia Targetkan Nol Kusta pada 2030, Termasuk Nol Diskriminasi
Indonesia Targetkan Nol Kusta pada 2030, Termasuk Nol Diskriminasi
Pemerintah
Kekeringan Ancam Dunia, Kerugian Ekonomi dan Kemanusiaan Meningkat
Kekeringan Ancam Dunia, Kerugian Ekonomi dan Kemanusiaan Meningkat
Pemerintah
Transisi Energi di Kepulauan, Infrastruktur dan Insentif Kunci Suksesnya
Transisi Energi di Kepulauan, Infrastruktur dan Insentif Kunci Suksesnya
LSM/Figur
Kemenhut: Hutan Adat Indonesia Seluas 332.505 Hektare
Kemenhut: Hutan Adat Indonesia Seluas 332.505 Hektare
Pemerintah
Pesut Mahakam Tinggal 62 Ekor, Limbah Tambang Jadi Ancaman Besarnya
Pesut Mahakam Tinggal 62 Ekor, Limbah Tambang Jadi Ancaman Besarnya
Pemerintah
Pertamina NRE Investasi di PLTS Filipina hingga Kembangkan Baterai EV
Pertamina NRE Investasi di PLTS Filipina hingga Kembangkan Baterai EV
BUMN
Tambang Emas di TN Meru Betiri Rusak Kualitas Air dan Habitat Satwa Dilindungi
Tambang Emas di TN Meru Betiri Rusak Kualitas Air dan Habitat Satwa Dilindungi
Pemerintah
GEF Kucurkan Dana Iklim hingga Rp 1,9 Triliun untuk Tiga Negara Rentan
GEF Kucurkan Dana Iklim hingga Rp 1,9 Triliun untuk Tiga Negara Rentan
Pemerintah
Kabaena: Ironi Transisi Energi di Pulau Kecil
Kabaena: Ironi Transisi Energi di Pulau Kecil
Pemerintah
Pusat Unggulan Dibentuk, Masyarakat Diajak Aktif Jaga Penyu dan Cetacea
Pusat Unggulan Dibentuk, Masyarakat Diajak Aktif Jaga Penyu dan Cetacea
LSM/Figur
Sederet Ancaman Penyu dan Cetacea, Aktivitas Manusia Sebab Utamanya
Sederet Ancaman Penyu dan Cetacea, Aktivitas Manusia Sebab Utamanya
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau