Ketika karang mengalami tekanan, misalnya akibat suhu air laut yang terlalu tinggi, mereka akan mengeluarkan alga tersebut. Akibatnya, karang menjadi pucat atau putih, kekurangan makanan dan nutrisi, menjadi lemah, lebih mudah terserang penyakit, dan jika kondisi stres berlanjut, karang bisa mati.
Lautan menyimpan 90 persen kelebihan panas yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia, yang menyebabkan suhu laut yang lebih hangat, yang merupakan penyebab utama pemutihan karang.
"Hubungan antara emisi bahan bakar fosil dan kematian karang bersifat langsung dan tidak dapat disangkal," kata Alex Sen Gupta, seorang ilmuwan iklim di Universitas New South Wales di Australia.
Para ilmuwan memprediksi bahwa jika suhu rata-rata global naik sebesar 1,5 derajat Celsius, maka kemungkinan besar antara 70 persen hingga 90 persen dari seluruh terumbu karang di dunia akan musnah.
Ini menjadi sebuah ironi karena terumbu karang tidak hanya mendukung kehidupan laut, tetapi juga ratusan juta orang yang tinggal di komunitas pesisir di seluruh dunia dengan menyediakan makanan, perlindungan dari badai, dan mata pencaharian melalui perikanan dan pariwisata.
Baca juga: 77 Persen Wilayah Terumbu Karang Dunia Alami Pemutihan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya