Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan, Masyarakat Adat, dan Pemuda Jadi Bagian dari Iklim

Kompas.com - 19/05/2025, 13:00 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Head of Communication UNDP Indonesia, Nabila Rahmani, menyebutkan bahwa perempuan, masyarakat adat, penyandang disabilitas, dan pemuda berperan dalam upaya mengatasi perubahan iklim.

Dia mengatakan, kelompok tersebut sering kali digambarkan sebagai orang-orang yang paling terdampak krisis iklim. Namun, tidak dilihat sebagai orang yang memiliki pengetahuan terkait iklim.

"Padahal perempuan, masyarakat adat, anak muda, juga sebuah solusi dari dampak perubahan iklim. Jadi, they're actually actors and they're not beneficiaries," ungkap Nabila dalam Journalist Workshop on Indonesia's FOLU Net Sink 2030 di Bogor, Sabtu (17/5/2025).

Perempuan, lanjut dia, menanggung 75 persen beban perawatan dalam rumah tangga. Ketika bencana alam melanda, bebannya turut bertambah lantaran kaum perempuan harus mengurusi makanan maupun kesehatan keluarganya.

Baca juga: Perempuan, Tambang, dan Masa Depan Berkelanjutan

Karenanya, Nabila mendorong agar kelompok itu dilibatkan pada pengambilan keputusan di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Menurut dia, keterlibatan perempuan dan kelompok lainnya juga diperlukan untuk mencapai target Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030.

"Hal ini yang sebetulnya selaras dengan komitmen global, dari Perjanjian Paris, SDG's di mana kesetaraan gender atau partisipasi dari perempuan dan masyarakat adat juga penting dalam aksi iklim," tutur dia.

Tradisi mane'e di Sulawesi Utara, misalnya, yang mewajibkan masyarakat mengambil ikan bersama di laut agar mengurangi konsumsi berlebihan. Mereka memakai jaring dari kelapa yang lebih aman dan tidak merusak ekosistem laut.

Baca juga: IPB Soroti Bias Gender di Sektor Pertanian: Perempuan Tani Masih Terpinggirkan

"Ibu-ibu di Flores, namanya Mama Bambu yang memang mereka senang menanam pohon bambu. Ternyata pohon bambu tersebut setelah beberapa tahun, membantu meningkatkan volume air di wilayahnya," jelas Nabila.

Selain itu, berdampak pada produktivitas tanaman.

"Jadi ternyata ada peran perempuan yang cukup besar, yang sebetulnya sangat berkontribusi dalam menanggulangi dampak perubahan iklim," imbuh dia.

Baca juga: Hari Bumi, Panggilan pada Perempuan untuk Jadi Penggerak Keberlanjutan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau