Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Buruh Migran Jadi Peternak, Perjalanan Yuli Bangun Usaha Domba

Kompas.com - 22/05/2025, 13:49 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

LAMPUNG, KOMPAS.com — Yuliani (54), warga Desa Gading Rejo, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, Lampung, tidak pernah membayangkan akan menjadi peternak. Enam tahun ia habiskan sebagai buruh migran di Taiwan, memperbarui kontrak hingga dua kali.

Namun pandemi COVID-19 mengubah segalanya. Saat ingin kembali bekerja di luar negeri, ia terhambat aturan baru yang membatasi jumlah migran.

“Ada banyak aturan tambahan yang bikin saya susah kembali. Karena waktu terus berjalan, saya putuskan untuk move on. Banting setir jadi peternak domba,” ujar Yuli saat ditemui di kediamannya sekaligus lokasi peternakannya, dalam agenda Jurnalis Press Touring: Kurban Se-Ngaruh Itu, yang digelar Dompet Dhuafa, Rabu (21/5/2025).

Tahun 2022, Yuli memulai peternakan dengan 20 ekor domba. Modal awal sekitar Rp 40 juta berasal dari tabungannya selama bekerja di Taiwan. Perlahan, ia belajar melakukan breeding, dan mulai menjual beberapa ekor untuk kebutuhan sehari-hari. Tahun berikutnya, jumlah dombanya meningkat jadi 30 ekor.

Tapi beternak bukan perkara mudah. Tahun 2024, jumlah ternaknya memang mencapai 70 ekor, tapi hanya 20-an yang layak jual.

“Pembeli paling warga setempat, biasanya untuk aqiqah. Kalau sedang tidak ada yang beli, ya dombanya tetap makan,” ujarnya.

Titik balik datang saat Yuli bermitra dengan Dompet Dhuafa melalui DD Farm. Kapasitas produksi meningkat, dan tahun ini jumlah dombanya melonjak menjadi 150 ekor, dengan 70 ekor siap jual menjelang Idul Adha.

“Sebelumnya nggak ada kepastian, sekarang ada. Untuk satu domba kira-kira omzetnya 400 ribuan. Jadi, saya bisa dapat sekitar Rp 28 juta dari 70 ekor,” jelas Yuli.

Baca juga: Briket Kelapa Dorong Perubahan: Dapur Bersih, Beban Perempuan Ringan

Kepastian pasar membuat Yuli lebih percaya diri. Ia mulai menggaji tiga pekerja harian untuk membantu perawatan dan pengangkutan pakan. Meski belum sepenuhnya menyerahkan pengelolaan ke orang lain karena sistem pakan belum stabil, Yuli mulai menargetkan hal yang lebih besar: menjual hingga 200 ekor dan membuka tiga posisi karyawan tetap.

“Saya belum berani kasih semua ke orang lain, karena belum ada sistem pakannya yang benar-benar stabil. Tapi saya ingin terus berkembang,” katanya.

Keputusan Yuli beralih menjadi peternak domba—pekerjaan fisik yang tidak ringan—lahir dari keinginan untuk memberdayakan orang lain. Ia pernah bermimpi membangun komunitas perempuan, terinspirasi dari petani kopi yang ia temui saat bekerja di Taiwan.

“Dulu saya juga sempat ingin bikin komunitas perempuan, supaya kita bisa jalan bareng. Tapi ternyata membangun komunitas itu enggak semudah yang saya kira. Untuk sekarang, saya ingin peternakan ini jadi inspirasi dulu. Kalau perempuan bisa punya usaha sendiri, bisa berdaya,” tutur Yuli.

Namun, tantangan tetap datang—dan justru datang dari domba-dombanya sendiri.

“Domba itu makhluk unik. Nggak bisa disamaratakan. Ada yang cepat tumbuh, ada yang lambat. Ada yang sehat habis melahirkan, ada yang malah sakit. Jadi tantangan utama ya memastikan mereka sehat dan tumbuh baik,” jelasnya.

Meski jalannya tidak mudah, Yuli menjalani semuanya dengan cinta. Ia menyebut bahwa kecintaan terhadap profesi membuatnya mampu melalui berbagai rintangan.

“Dengan mencintai apa yang kita kerjakan, kita akan lebih sabar menjalani jalan-jalan sulitnya. Saya menikmati jadi peternak. Dan saya ingin terus bertumbuh,” pungkasnya.

Baca juga: Para Perempuan Baja dari Pelosok Sumba yang Lahir Berkat PLTS

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau