Berdasarkan estimasi, serangga berkontribusi terhadap ekosistem dan ekonomi global mencapai hampir Rp 3.760 triliun, angka yang tiga kali lebih besar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia tahun 2025.
Meski demikian, memang tetap tidak bisa dipungkiri bahwa serangga juga dapat menyebabkan kerugian.
“Sekitar 30 persen hasil pertanian rusak akibat serangan hama, dan penggunaan pestisida untuk mengendalikannya kerap memperparah kerusakan lingkungan,” jelasnya.
Namun, serangga tetap memiliki potensi untuk kehidupan manusia dan berperan bukan hanya menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga turut memperbaiki lingkungan.
Beberapa jenis serangga seperti black soldier fly (lalat tentara hitam) bisa menjadi maggot untuk menanggulangi sampah organik, serta ulat sagu bahkan mulai dikembangkan sebagai sumber protein alternatif.
Tidak hanya itu, struktur tubuh serangga pun menginspirasi teknologi modern, seperti mata capung yang menjadi acuan pengembangan kamera 3D untuk mobil otonom, dan manuver terbangnya yang menginspirasi desain drone dan helikopter.
“Serangga adalah makhluk kecil dengan dampak yang luar biasa. Jika dimanfaatkan dan dikelola dengan bijak, mereka bisa menjadi kunci keberlanjutan ekosistem dan pertanian kita,” ucapnya.
Identifikasi beragam serangga dan perannya penting dilakukan.
Purnama menuturkan, proses identifikasi kini lebih mudah dengan teknologi digital bernama LUCID.
Menurutnya, identifikasi serangga tidak bisa dilakukan dengan mata telanjang. Ukurannya yang kecil dan jumlah spesiesnya yang sangat banyak membuat proses identifikasi menjadi tantangan tersendiri.
“Dengan LUCID, proses identifikasi bisa 50 persen lebih cepat dibanding metode konvensional,” ujar Purnama.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perangkat tersebut juga memudahkan siapa pun untuk belajar mengenali serangga tanpa harus menjadi ahli taksonomi.
Inovasi ini diharapkan dapat memperkuat upaya identifikasi dan pemanfaatan musuh alami secara lebih luas dalam pengendalian hama berbasis keberlanjutan.
Baca juga: Krisis Serangga, Ragam Faktor yang Dipicu Manusia Penyebabnya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya