KOMPAS.com - Tim Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan mitra meningkatkan patroli mencegah gangguan atau interaksi negatif Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Kabupaten Aceh Tenggara.
Kepala Bidang Teknis Konservasi BBTNGL Andrinaldi Adnan di Banda Aceh, Selasa, mengatakan patroli dilakukan menyusul adanya gangguan satwa dilindungi tersebut terhadap ternak masyarakat di Desa Gulo, Kecamatan Darul Hasanah, Kabupaten Aceh Tenggara.
"Tim BBTNGL bersama BKSDA Aceh dan mitra terus berpatroli untuk memastikan harimau yang dilaporkan memangsa ternak warga tidak kembali, serta memastikan satwa dilindungi tersebut kembali ke habitatnya," kata Andrinaldi Adnan.
Sebelumnya, kata dia, petugas Resor Pulo Gadung Taman Nasional Gunung Leuser menerima laporan masyarakat ada ternak sapi dimangsa Harimau Sumatera di perkebunan karet Desa Gulo, Kecamatan Darul Hasanah, Kabupaten Aceh Tenggara, pada Selasa (7/6/2025).
Ia mengatakan lokasi ternak sapi dimangsa harimau tersebut berada di luar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Lokasi kejadian berjarak sekitar dua kilometer dari pemukiman penduduk.
Baca juga: Apakah Melindungi Harimau di Hutan Bisa Atasi Perubahan Iklim?
Selanjutnya, kata Andrinaldi, BBTNGL berkoordinasi dengan BKSDA Aceh selaku pihak berwenang dalam penanganan interaksi negatif satwa liar dengan manusia menindaklanjuti laporan tersebut.
Tim BBTNGL dan BKSDA Aceh bersama mitra kerja turun ke lokasi kejadian. Di lokasi kejadian, tim menemukan sisa bagian tubuh sapi yang diduga menjadi mangsa harimau. Tim juga mengobservasi sekitar lokasi guna melacak keberadaan satwa dilindungi tersebut.
"Selain patroli, tim juga mengedukasi masyarakat dalam mencegah interaksi negatif Harimau Sumatera, termasuk memfasilitasi masyarakat terutama pemilik ternak membuat kandang anti-harimau," katanya seperti dikutip Antara, Selasa (10/6/2025).
Andrinaldi mengimbau masyarakat yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser tidak melepasliarkan hewan ternak mereka tanpa pengawasan. Hal tersebut untuk mencegah interaksi negatif satwa liar tersebut.
"Kami juga mengharapkan masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser untuk bersama-sama menjaga kelestarian satwa liar, khususnya Harimau Sumatera, sebagai titipan anak cucu kita," kata Andrinaldi Adnan.
Berdasarkan daftar kelangkaan satwa dikeluarkan lembaga konservasi dunia International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), Harimau Sumatera merupakan satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera dan berstatus spesies terancam kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar.
Baca juga: Palem Raja Ampat Sudah Critically Endangered, Kini Tambang Datang Menghantam
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya