KOMPAS.com - Keasaman laut merupakan salah satu penanda utama kesehatan Bumi. Jika lautan menjadi terlalu asam, dampaknya bisa sangat merusak bagi ekosistem laut dan berpotensi menimbulkan bencana global.
Sebuah studi ilmiah terbaru mengindikasikan bahwa lautan di seluruh dunia kini telah mencapai ambang batas keasaman yang mengkhawatirkan.
Tim ilmuwan dari AS dan Inggris telah mempelajari secara khusus apa yang disebut sebagai "batas planet" untuk pengasaman laut.
Mereka mendefinisikan batas kritis ini sebagai penurunan 20 persen dalam tingkat saturasi aragonit rata-rata di permukaan laut.
Aragonit merupakan bahan kalsium karbonat krusial yang digunakan oleh banyak organisme laut seperti karang dan kerang untuk membangun cangkang dan kerangka mereka.
Mengutip Science Alert, Senin (16/6/2025) dengan menggabungkan analisis dari model komputer canggih dan data pengukuran langsung terbaru dari lautan, para peneliti menemukan bahwa secara global, keasaman laut telah mencapai atau bahkan melampaui batas kritis yang dapat membahayakan kesehatan Bumi.
Baca juga: Di UNOC 2025, Indonesia Ungkap Ambisi Lindungi 30 Persen Laut pada 2045
Situasi ini lebih parah di laut dalam, di mana sekitar 60 persen perairan dalam sudah melewati batas aman tersebut.
Sementara itu, 40 persen dari perairan permukaan laut juga telah melewati batas yang sama.
Mengingat bahwa kerusakan pada ekosistem laut sudah mulai teramati pada tingkat keasaman yang ada saat ini, tim ilmuwan tersebut menyarankan bahwa batas kritis aman untuk keasaman laut seharusnya ditetapkan lebih awal, yaitu pada penurunan 10 persen dalam tingkat saturasi aragonit, bukan 20 persen.
Dan yang lebih mengkhawatirkan, mereka menemukan bahwa tingkat penurunan 10 persen ini sudah dilampaui oleh seluruh lautan di dunia sekitar tahun 2000.
"Jika melihat ke berbagai wilayah di dunia, wilayah kutub menunjukkan perubahan terbesar dalam pengasaman laut di permukaan," kata ahli kelautan biologi Helen Findlay dari Laboratorium Kelautan Plymouth (PML) di Inggris.
"Sementara itu, di perairan yang lebih dalam, perubahan terbesar keasaman sedang terjadi di daerah tepat di luar kutub dan wilayah upwelling (arus naik) di sepanjang pantai barat Amerika Utara dan dekat khatulistiwa," katanya lagi.
Meskipun pengasaman laut tidak dapat dilihat atau dirasakan secara langsung oleh manusia di daratan, dampaknya sangat besar dan menghancurkan bagi kehidupan di bawah laut.
Efek utamanya meliputi kerusakan parah pada terumbu karang, membuat air laut menjadi lingkungan yang tidak cocok bagi organisme yang membangun cangkang, serta secara langsung membunuh atau melemahkan spesies laut lainnya.
Kerusakan pada satu bagian ekosistem laut ini kemudian akan memicu efek domino yang berdampak negatif pada seluruh rantai makanan dan keseimbangan ekosistem laut secara keseluruhan.
Pengasaman ini terjadi ketika karbon dioksida diserap oleh lautan dan bereaksi dengan air. Jadi, semakin banyak gas rumah kaca yang memenuhi atmosfer, semakin asam pula air di dunia.
"Sebagian besar kehidupan laut tidak hanya hidup di permukaan. Perairan di bawahnya merupakan rumah bagi lebih banyak jenis tumbuhan dan hewan," kata Findlay.
Baca juga: Gagasan Tambang Laut Dalam Muncul, PBB Ingatkan Perlunya Aturan
Dan jika perairan yang lebih dalam ini berubah begitu banyak, dampak pengasaman laut bisa jadi jauh lebih buruk dari yang kita duga.
Hal tersebut juga memiliki implikasi besar bagi ekosistem bawah laut yang penting seperti terumbu karang tropis dan bahkan laut dalam yang menyediakan habitat penting dan tempat berlindung bagi banyak spesies.
Para ilmuwan telah mengidentifikasi sembilan "batas planet" yang menjaga stabilitas Bumi, salah satunya adalah pengasaman laut.
Yang sangat mengkhawatirkan, kita sudah melampaui enam dari batas-batas tersebut.
Para ilmuwan pun menyerukan perlunya aksi segera dan strategis untuk menghadapi ancaman pengasaman laut, dengan fokus pada melindungi yang sudah rusak dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada yang masih relatif utuh.
"Pengasaman laut bukan hanya krisis lingkungan. Ini adalah bom waktu yang terus berdetak bagi ekosistem laut dan ekonomi pesisir," kata Steve Widdicombe dari PML, yang tidak terlibat langsung dalam studi tersebut.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya