Lebih lanjut, meskipun dunia sangat membutuhkan mineral-mineral ini untuk transisi energi, pasokan dari beberapa negara utama telah melonjak begitu cepat sehingga menciptakan kelebihan pasokan di pasar, yang pada gilirannya menyebabkan harga mineral-mineral tersebut, terutama logam baterai, anjlok.
Baca juga: RUPTL Terbaru Dinilai Tingkatkan Penggunaan Energi Fosil
Harga yang rendah ini kemudian menghambat investasi baru yang diperlukan untuk memastikan pasokan jangka panjang yang berkelanjutan.
IEA menekankan bahwa industri logam baterai telah menunjukkan kemampuan yang luar biasa untuk merespons permintaan yang melonjak dengan meningkatkan produksi secara drastis dalam waktu singkat, jauh lebih cepat dibandingkan dengan logam-logam lain yang sudah mapan.
Sejak 2020, pertumbuhan pasokan logam baterai telah dua kali lipat dari tingkat yang terlihat pada akhir 2010.
Namun lonjakan pasokan yang cepat di sektor mineral kritis (terutama logam baterai) telah membalikkan tren harga yang tinggi dari tahun 2021-2022, menyebabkan harga jatuh kembali ke tingkat yang lebih rendah seperti sebelum pandemi.
Sementara itu harga litium, yang telah melonjak delapan kali lipat selama 2021-2022, turun lebih dari 80 persen sejak 2023. Harga grafit, kobalt, dan nikel juga turun 10 hingga 20 persen pada tahun 2024.
sumber https://economictimes.indiatimes.com/industry/indl-goods/svs/metals-mining/critical-mineral-investments-stalled-by-economic-uncertainty-despite-strong-demand-outlook-iea/articleshow/121703820.cms?from=mdr
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya