Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?

Kompas.com, 19 Juni 2025, 17:35 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Teknologi penginderaan jauh dinilai dapat berperan signifikan dalam mendukung pencapaian setidaknya 11 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Kepala Pusat Riset Geoinformatika BRIN, Muhammad Rokhis, menyebut teknologi ini mampu menyediakan data spasial yang dibutuhkan untuk berbagai target pembangunan, khususnya dalam isu lingkungan, pangan, dan mitigasi bencana.

Menurut Rokhis, dari 11 tujuan tersebut, lima di antaranya dapat dicapai secara signifikan melalui penginderaan jauh, yakni tujuan air bersih dan sanitasi layak, kota dan permukiman yang berkelanjutan, penanganan perubahan iklim, ekosistem lautan, serta ekosistem daratan.

Baca juga: Pembelajaran Mesin dan Citra Satelit Bantu Lindungi Tanaman Padi

“Penginderaan jarak jauh dapat membantu pencapaian clean water and sanitation, sustainable cities and communities, climate action, life below water, dan life on land,” ujar Rokhis sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis (19/6/2025).

Penginderaan jarak jauh (remote sensing) sendiri merupakan teknik untuk mengamati dan memantau wilayah di permukaan Bumi tanpa kontak langsung, biasanya melalui sensor di satelit atau pesawat udara.

Rokhis merinci bahwa teknologi ini dapat digunakan untuk mendukung tujuan nomor 1 SDGs, yakni pengentasan kemiskinan, dengan memetakan kawasan kumuh.

Untuk tujuan nomor 2, tanpa kelaparan, penginderaan jauh dapat digunakan untuk memantau zona pertanian dan kondisi sawah.

Sementara untuk tujuan nomor 3, kehidupan sehat dan sejahtera, teknologi ini bermanfaat dalam pemetaan risiko penyakit dan distribusi fasilitas kesehatan.

Adapun pada tujuan nomor 6, air bersih dan sanitasi layak, pemetaan penginderaan jauh digunakan untuk mengidentifikasi daerah tangkapan air di sungai besar seperti Citarum, Brantas, dan Bengawan Solo.

Tujuan nomor 7, energi bersih dan terjangkau, didukung melalui pemetaan penggunaan listrik di malam hari yang mencerminkan rasio elektrifikasi suatu wilayah.

“Mencapai tujuan nomor 7 bisa dilakukan dengan data pemetaan malam hari, sehingga dapat diketahui perkembangan wilayah yang sudah menggunakan penerangan listrik,” jelasnya.

Selain itu, pengembangan teknologi ini juga melibatkan peningkatan resolusi data, penggunaan konstelasi satelit termasuk satelit mikro dan nano, serta pemanfaatan drone, machine learning, AI, IoT, dan crowdsourcing.

Teknologi ini disebut mampu mendeteksi risiko lingkungan dan bencana alam, serta membantu penanganannya.

Baca juga: Satelit Biomassa Diluncurkan untuk Hitung Karbon Hutan

Rokhis menambahkan, inovasi ini sangat relevan dengan pencapaian tujuan SDGs nomor 11 tentang kota dan permukiman yang inklusif dan tangguh, serta tujuan nomor 13 tentang penanganan perubahan iklim, misalnya melalui sistem peringatan dini dan pemantauan penurunan muka tanah.

Untuk tujuan SDGs nomor 14 dan 15, terkait ekosistem laut dan daratan, teknologi penginderaan jauh digunakan dalam penyediaan informasi tumpahan minyak, kualitas air laut, kondisi mangrove, pemetaan perkebunan sawit, dan deforestasi.

“Sejauh ini, teknologi ini sudah banyak diaplikasikan dalam memetakan area permukiman dan ruang hijau kota,” ucap Rokhis.

Dalam acara "The BRIN-ESCAP Workshop on Space Applications for Sustainable Development in Asia and The Pacific" pada Selasa (17/6/2025), Rokhis juga memperkenalkan GEOMIMO (Geoinformatics Multi Input Multi Output Indonesia), platform BRIN untuk pemanfaatan penginderaan jauh.

Platform ini menyediakan berbagai modul untuk isu ketahanan pangan, lingkungan dan bencana, emisi gas rumah kaca, keamanan, dan pertahanan. GEOMIMO dapat diakses masyarakat umum melalui web dan perangkat mobile, sementara instansi pemerintah atau swasta bisa mengaksesnya melalui lisensi atau kerja sama khusus.

Di tengah tantangan lingkungan, urbanisasi cepat, dan krisis iklim, ketersediaan data spasial yang akurat menjadi krusial untuk pengambilan keputusan. Teknologi penginderaan jauh yang dikembangkan BRIN menjadi salah satu alat penting untuk merespons kebutuhan tersebut secara berkelanjutan.

Baca juga: Dukung SDG 8, Astra Dorong UMKM Naik Kelas

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Sumatera Darurat Biodiversitas, Habitat Gajah Diprediksi Menyusut 66 Persen
Sumatera Darurat Biodiversitas, Habitat Gajah Diprediksi Menyusut 66 Persen
Pemerintah
PGE dan PLN Indonesia Power Sepakati Tarif Listrik PLTP Ulubelu
PGE dan PLN Indonesia Power Sepakati Tarif Listrik PLTP Ulubelu
BUMN
Asia Tenggara Termasuk Sumber Utama Gas Rumah Kaca
Asia Tenggara Termasuk Sumber Utama Gas Rumah Kaca
LSM/Figur
Uni Eropa Bakal Perketat Impor Plastik demi Industri Daur Ulang Lokal
Uni Eropa Bakal Perketat Impor Plastik demi Industri Daur Ulang Lokal
Pemerintah
Pakar Soroti Lemahnya Sistem Pemulihan Pascabencana di Indonesia
Pakar Soroti Lemahnya Sistem Pemulihan Pascabencana di Indonesia
LSM/Figur
Banjir Aceh Disebut Jadi Dampak Deforestasi, Tutupan Hutan Sudah Kritis Sejak 15 Tahun Lalu
Banjir Aceh Disebut Jadi Dampak Deforestasi, Tutupan Hutan Sudah Kritis Sejak 15 Tahun Lalu
LSM/Figur
Pengamat: Pengelolaan Air Jadi Kunci Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Pengamat: Pengelolaan Air Jadi Kunci Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Swasta
Vitamin C Bantu Lindungi Paru-paru dari Dampak Polusi Udara
Vitamin C Bantu Lindungi Paru-paru dari Dampak Polusi Udara
LSM/Figur
Panas Ekstrem dan Kelembapan Bisa Berdampak pada Janin
Panas Ekstrem dan Kelembapan Bisa Berdampak pada Janin
LSM/Figur
Waspada Hujan Lebat Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Waspada Hujan Lebat Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Pemerintah
Pakar Kritik Sistem Peringatan Dini di Indonesia, Sarankan yang Berbasis Dampak
Pakar Kritik Sistem Peringatan Dini di Indonesia, Sarankan yang Berbasis Dampak
LSM/Figur
Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan Dirambah untuk Kebun Sawit
Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan Dirambah untuk Kebun Sawit
Pemerintah
Menteri LH Sebut 4,9 Juta Hektar Lahan di Aceh Rusak akibat Banjir
Menteri LH Sebut 4,9 Juta Hektar Lahan di Aceh Rusak akibat Banjir
Pemerintah
Sebulan Pasca-banjir Aceh, Distribusi Logistik Dinilai Belum Merata Ditambah Inflasi
Sebulan Pasca-banjir Aceh, Distribusi Logistik Dinilai Belum Merata Ditambah Inflasi
LSM/Figur
1.050 Petugas Kebersihan Disiagakan Saat Ibadah Natal 2025 di Jakarta
1.050 Petugas Kebersihan Disiagakan Saat Ibadah Natal 2025 di Jakarta
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau