KOMPAS.com — Menjelang ulang tahunnya, harapan untuk Jakarta yang lebih hijau dan inklusif muncul dari suara-suara pemuda.
“Jakarta bisa dibikin jadi kota yang ramah kaki, ramah hati, ramah paru,” kata Cheisya (25), warga Jakarta Selatan yang rutin berolahraga di Gelora Bung Karno, kepada Kompas.com, Jumat (20/6/2025).
Baginya, kota yang sehat bukan hanya soal fasilitas, tapi juga bagaimana tata ruang memberi ruang napas—untuk bergerak, berpikir jernih, dan hidup dengan lebih baik.
Untuk mewujudkan itu, menurut Cheisya, Jakarta perlu memiliki lebih banyak tempat olahraga yang mudah diakses seluruh lapisan masyarakat.
“Pemerintah daerah bisa mulai dari melakukan riset: olahraga apa sih yang sekiranya dekat dan mudah diakses masyarakat? Jadi enggak cuman proyek formalitas yang ketika sudah terlaksana justru malah tidak berjalan dan tidak tepat sasaran,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya perbaikan trotoar, serta regulasi tegas agar pengendara motor tidak melintas di atasnya. Dengan begitu, masyarakat bisa berjalan kaki atau jogging tanpa khawatir tergelincir atau diserempet.
Jalur sepeda pun, menurutnya, harus aman dan tidak terputus-putus.
Baca juga: Apa Untungnya Investasi Infrastruktur Sepeda? CyclingMax Bisa Hitung
“Karena minat masyarakat untuk gowes ini bisa mendukung upaya pemerintah mengurangi polusi dan kemacetan yang selama ini menjadi masalah serius bagi Jakarta,” jelas Cheisya.
Ia juga mengusulkan penambahan taman kota atau revitalisasi taman-taman mati agar menjadi zona olahraga dan ruang interaksi sosial.
“Bisa ada komunitas yoga atau komunitas lari ala Tebet Eco Park, tapi skalanya kecil-menengah,” katanya.
Dari sisi kesehatan mental, ia berharap puskesmas tidak hanya melayani fisik, tapi juga menyediakan psikolog untuk konseling gratis, serta program kesehatan mental yang memanfaatkan ruang terbuka, seperti penyuluhan outdoor atau ruang terapi komunitas.
“Mungkin bisa ada chill zone di taman, tempat orang bisa ngobrol santai atau meditasi. Komunitas olahraga lokal juga harus didukung, biar orang semangat gerak bareng temen dan jadi sarana pereda stres setelah sibuk bekerja,” ujarnya.
Cheisya sendiri telah memulai berkontribusi dari hal-hal sederhana, seperti membagikan aktivitas olahraga dan mobilitasnya di media sosial.
“Ternyata banyak teman-teman yang jadi pengen ikutan, sehingga bisa membuat generasi muda punya kegiatan positif dan tidak sekadar scroll medsos aja.”
Selain itu, ia juga memprioritaskan penggunaan transportasi umum. “Ini cara buat mengurangi kemacetan dan penambahan kendaraan pribadi yang menambah polusi,” jelasnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya