Kepunahan ini berkorelasi erat dengan seberapa luas atau intensif pembangunan manusia di dekat area lindung tersebut.
Dalam beberapa kasus, para peneliti bahkan menemukan bahwa area-area lindung itu mungkin ditetapkan sangat terlambat.
Artinya, spesies predator besar sudah terlanjur punah sebelum area tersebut ditetapkan sebagai kawasan lindung.
Dampak dari hilangnya predator puncak ini sangat jelas. Area yang tidak memiliki spesies predator besar ini menjadi jauh kurang beragam keanekaragaman hayatinya.
Area tersebut juga didominasi oleh peningkatan predator berukuran sedang lainnya yang akan mengganggu keseimbangan ekosistem dan spesies lain.
"Tingkat kepunahan yang diamati dalam studi ini jauh lebih cepat yang menunjukkan adanya tekanan besar dari aktivitas yang tidak alami yaitu pembangunan manusia," ungkap Junjie Liu, penulis utama studi dari Universitas Guangxi.
"Hipotesis awal saya adalah area lindung akan menjaga ekosistem tetap kompleks dan sehat. Namun, data menunjukkan bahwa ekosistem di area lindung yang ada justru kurang kompleks, bahkan lebih buruk dari skenario kepunahan acak," tambahnya.
Baca juga: Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya