Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset: Tips Jitu Percepat Transisi Energi adalah Kolab dengan China

Kompas.com - 23/06/2025, 20:04 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Laporan baru dari Griffith Asia Institute mengungkap panduan praktis untuk mempercepat transisi Asia menuju energi bersih.

Menurut laporan itu, percepatan bisa dilakukan dengan meningkatkan kolaborasi antara produsen listrik independen (IPP) China dan mitra-mitra mereka di Asia.

Mengingat peran China yang semakin sentral dalam pendanaan dan pembangunan infrastruktur berskala besar di Asia, laporan ini mendesak terbentuknya kemitraan yang lebih kuat.

Kemitraan ini harus didasarkan pada pemahaman bersama, pembagian risiko yang adil, dan keterlibatan lokal.

Laporan berjudul "Green Independent Power Producers in Asia: A Practical Guide for Negotiations and Agreements between Chinese and International Partners" ini juga tidak hanya mengidentifikasi masalah melainkan juga menawarkan peta jalan.

Baca juga: ASEAN Butuh 100 Miliar Dollar AS untuk Transmisi Energi Terbarukan

Roadmap ini dirancang untuk membantu mengatasi hambatan-hambatan yang sudah ada sejak lama sehingga bisa meningkatkan skala proyek energi terbarukan di seluruh wilayah Asia.

Mengutip Tech Xplore, Senin (23/6/2025) laporan mengidentifikasi strategi-strategi utama untuk mewujudkan proyek-proyek pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan hidro yang layak dibiayai bank, bertanggung jawab secara sosial, dan memenuhi standar teknis.

Laporan juga secara khusus berfokus pada langkah-langkah praktis yang mencakup seluruh siklus hidup pengembangan IPP mulai dari tender dan Perjanjian Pembelian Listrik (PPA) hingga konstruksi dan operasi jangka panjang.

"Produsen Listrik Independen sangat penting untuk memenuhi tujuan energi dan iklim Asia, tetapi cara kita mengembangkan, membiayai, dan mengelola proyek-proyek ini perlu ditingkatkan," ungkap Dr. Christoph Nedopil, salah satu penulis utama dan direktur Institut Asia di Universitas Griffith.

"Panduan ini bertujuan untuk mengurangi kesalahpahaman yang merugikan dan membantu sponsor dan pembeli membangun kepercayaan serta menyediakan listrik yang andal dan bersih," paparnya lagi.

Baca juga: Banjir Dana Hijau, Asia Tenggara Jadi Magnet Investasi Energi Terbarukan

Metodologi atau dasar dari panduan ini berdasarkan wawasan praktis dari wawancara mendalam dengan lebih dari 40 ahli yang tersebar di 10 negara yang berbeda.

Tantangan dalam transisi energi di Asia sendiri bukan hanya soal teknis, tetapi juga fundamental tentang membangun kepercayaan dan nilai jangka panjang di pasar energi yang sangat penting ini.

Jika dilakukan dengan benar, hal ini dapat membuka miliaran dolar investasi energi bersih dan mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim.

Laporan juga menyoroti meskipun pembangkit listrik di seluruh negara berkembang Asia telah meningkat hampir empat kali lipat sejak tahun 2000, sebagian besar pertumbuhan tersebut berasal dari batu bara.

Pengembangan energi terbarukan masih tertinggal dari target nasional terutama karena risiko regulasi, keterlambatan pembayaran, kendala jaringan, dan pertentangan lingkungan dan sosial.

Baca juga: RUPTL Terbaru Dinilai Tingkatkan Penggunaan Energi Fosil

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
LSM/Figur
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Pemerintah
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Pemerintah
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
BUMN
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Pemerintah
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
LSM/Figur
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
LSM/Figur
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
BUMN
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
Pemerintah
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Pemerintah
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Swasta
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Swasta
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Pemerintah
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Pemerintah
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau