Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Mengapa Terumbu Karang yang Cantik Mendorong Konservasi yang Lebih Kuat

Kompas.com - 28/07/2025, 20:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Tim Lamont*, Gita Alisa**, Tries Blandine Razak***

KOMPAS.com - Mengapa orang-orang begitu peduli dengan terumbu karang? Mengapa kerusakan terumbu karang memicu keresahan dan kemarahan? Apa yang mendorong banyak orang berjuang keras melindungi dan memulihkan terumbu karang?

Tentu saja, sebagian alasannya karena terumbu karang bernilai ekologis dan ekonomi yang tinggi. Namun, tak hanya itu, terumbu karang juga memiliki keindahan yang memikat.

Terumbu karang yang sehat adalah ekosistem tercantik di dunia. Keindahannya benar-benar mengagumkan. Ia menyimpan warisan budaya, mendukung sektor pariwisata, menyokong kelestarian laut, dan memperkuat hubungan emosional manusia dengan laut.

Lantas, bagaimana kita bisa menilai keindahan itu? Bila terumbu karang rusak, mungkinkah keindahan tersebut kita pulihkan?

Selama ini, banyak program pemantauan dan restorasi terumbu karang cenderung mengabaikan aspek estetika. Sebab, aspek tersebut dianggap terlalu subyektif untuk dinilai.

Hal ini membuat kami, para ilmuwan, frustrasi. Kami merasa bahwa aspek estetika mesti diperhitungkan. Keindahan merupakan daya tarik utama terumbu karang. Maka dari itu, kita pun harus bisa mengukur keindahan terumbu karang.

Mungkin rasanya memang mustahil bagi kita untuk mengukur sebuah keindahan. Namun, penelitian terbaru kami berhasil menjawab tantangan tersebut.

Kami menemukan cara untuk mengukur nilai estetika terumbu karang, sekaligus menilai apakah upaya pemulihan terumbu karang mampu mengembalikan pesona visual yang sebelumnya rusak.

Mengukur keindahan terumbu karang

Tim kami yang terdiri dari para ilmuwan kelautan internasional menjalankan program restorasi yang didukung oleh perusahaan global Mars, proyek restorasi terbesar di duia, yang berlokasi di perairan Sulawesi Selatan.

Di sana, penduduk setempat dan perusahaan global bekerja sama selama lebih dari satu dekade untuk merehabilitasi terumbu yang hancur akibat praktik penangkapan ikan dengan bahan peledak.

Baca juga: Terumbu Karang Indonesia Terancam, tetapi Kolaborasi Membuka Harapan

Metode penangkapan ikan ini memang praktis melumpuhkan dan membunuh ikan seketika. Tujuannya memudahkan nelayan tinggal untuk menjala ikan yang sudah mati.

Namun, bahan peledak yang digunakan juga menghancurkan terumbu karang. Hanya dalam hitungan detik, seluruh ekosistem terumbu karang musnah.

Program Mars sudah berhasil menumbuhkan kembali sebagian terumbu karang yang rusak. Namun, kami ingin mencari tahu lebih lanjut apakah program ini juga mampu mengembalikan daya tarik visual ekosistem terumbu karang yang alami.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kemdiktisaintek-ESDM Dorong Kemandirian Energi RI lewat PLTS 100 GW
Kemdiktisaintek-ESDM Dorong Kemandirian Energi RI lewat PLTS 100 GW
Pemerintah
MIND ID Dorong Ekonomi Sirkular, dari Kelola Sampah hingga Kembangkan Peternakan
MIND ID Dorong Ekonomi Sirkular, dari Kelola Sampah hingga Kembangkan Peternakan
BUMN
Simpan Satwa Dilindungi Secara Ilegal, Pria di Karawang Terancam 15 Tahun Penjara
Simpan Satwa Dilindungi Secara Ilegal, Pria di Karawang Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
Cegah Stunting, IPB Beri Penyuluhan ke Masyarakat di Cirebon
Cegah Stunting, IPB Beri Penyuluhan ke Masyarakat di Cirebon
Pemerintah
BRIN: 10 Tahun Terakhir Luas Ekosistem Mangrove di Semarang Kian Turun
BRIN: 10 Tahun Terakhir Luas Ekosistem Mangrove di Semarang Kian Turun
Pemerintah
Pembudi Daya Udang di Indonesia Masih Abaikan Sertifikasi CBIB
Pembudi Daya Udang di Indonesia Masih Abaikan Sertifikasi CBIB
Pemerintah
ASRI dan WCI Tanamkan Kesadaran Pentingnya Pilah Sampah ke Generasi Muda
ASRI dan WCI Tanamkan Kesadaran Pentingnya Pilah Sampah ke Generasi Muda
Swasta
Tantangan Baru Brand Mewah: Isu ESG dan Transparansi yang Mendesak
Tantangan Baru Brand Mewah: Isu ESG dan Transparansi yang Mendesak
Pemerintah
Pemerintah Rancang Zonasi untuk Rehabilitasi Mangrove di Indonesia
Pemerintah Rancang Zonasi untuk Rehabilitasi Mangrove di Indonesia
Pemerintah
Microsoft Gelontorkan 6 Miliar Dolar AS Demi Komputasi AI Berbasis Energi Terbarukan
Microsoft Gelontorkan 6 Miliar Dolar AS Demi Komputasi AI Berbasis Energi Terbarukan
Swasta
Krisis Iklim Picu Kenaikan Risiko Penularan Virus Mematikan dari Kelelawar
Krisis Iklim Picu Kenaikan Risiko Penularan Virus Mematikan dari Kelelawar
LSM/Figur
Krisis Iklim dan Banjir Picu Kenaikan Kasus Penyakit yang Dibawa Tikus
Krisis Iklim dan Banjir Picu Kenaikan Kasus Penyakit yang Dibawa Tikus
LSM/Figur
Kredit Karbon Dinilai Gagal Kurangi Emisi Perusahaan, Studi Ungkap
Kredit Karbon Dinilai Gagal Kurangi Emisi Perusahaan, Studi Ungkap
Pemerintah
Plastik Nano Terdeteksi di Sayuran, Pertama dalam Sejarah
Plastik Nano Terdeteksi di Sayuran, Pertama dalam Sejarah
LSM/Figur
Waste4Change Tekan 28,8 Juta Kg Emisi CO2, Dorong Ekonomi Sirkular dan Green Jobs
Waste4Change Tekan 28,8 Juta Kg Emisi CO2, Dorong Ekonomi Sirkular dan Green Jobs
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau