Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ide Pusat Data Masa Depan: Di Laut, Pakai Energi Angin, Hemat Listrik

Kompas.com, 5 Agustus 2025, 16:31 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kebutuhan penggunaan akan internet, AI, dan komputasi awan yang makin meningkat melahirkan permintaan pusat data yang signifikan.

Tapi bukan perkara yang mudah juga untuk membangun pusat data. Setidaknya ada dua alasan utama yakni keterbatasan lahan yang cukup untuk lokasinya serta ketersediaan listrik untuk dayanya.

Dua problem itu akhirnya mendorong para pengembang untuk mulai mempertimbangkan membangun fasilitas lepas pantai.

Konsep ini bukanlah hal baru. Sebagai contoh, sejak tahun 2021, Nautilus Data Technologies telah mengoperasikan pusat datanya, Stockton 1, di atas kapal tongkang kargo berukuran 90 meter yang sudah dimodifikasi.

Kapal ini berada di sungai San Joaquin, California. Konsep ini dikembangkan untuk memanfaatkan air sungai sebagai pendingin.

Baca juga: Energi Pusat Data: PBB Pilih Terbarukan, Trump Gas Fosil, Indonesia?

Namun, seperti dikutip dari Power Engineering International, Senin (4/8/2025), minat terhadap konsep ini semakin meningkat.

Awal tahun ini, sebuah konsorsium Jepang yang dipimpin oleh perusahaan pelayaran NYK mengumumkan rencana untuk mendemonstrasikan pusat data terapung di dermaga Osanbashi di Yokohama.

Langkah ini adalah bagian dari upaya mereka untuk membangun fasilitas skala penuh di lepas pantai yang ditenagai oleh angin lepas pantai.

Demonstrasi yang rencananya akan dimulai pada musim gugur 2025 ini akan terdiri dari pusat data dalam kontainer, dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga surya dan baterai penyimpanan energi, yang semuanya diletakkan di atas platform mini terapung dengan panjang sekitar 80 meter dan lebar 25 meter.

Tujuan proyek ini adalah untuk menjalankan pusat data sepenuhnya dengan energi terbarukan sambil mengevaluasi daya tahan peralatan terhadap kerusakan garam dan stabilitas operasionalnya di kondisi lepas pantai.

Menurut konsorsium, pusat data hijau terapung di lepas pantai yang beroperasi dengan 100 persen energi terbarukan tersebut akan menjadi salah satu standar baru untuk pusat data di masa depan dan berkontribusi besar terhadap terwujudnya masyarakat netral karbon.

Baca juga: Pusat Data Rentan Bencana Iklim, Kerugian Bisa Capai Miliaran Dolar

Setelah terealisasi, pusat data hijau terapung lepas pantai ini akan memungkinkan pemanfaatan tenaga angin lepas pantai yang efisien tanpa bergantung pada atau dibatasi oleh jaringan listrik darat.

Pengembang lain yang tertarik dengan konsep pusat data lepas pantai ini adalah Kinetics, anak perusahaan dari Karpowership, bersama dengan Mitsui Lines.

Proyek pengembangan pusat data terapung kedua tersebut akan diujicobakan pada tahun 2027.

Namun, proyek percontohan ini akan dilaksanakan di lokasi yang belum ditentukan, menggunakan kapal berukuran 120 meter dengan kapasitas pusat data 20-70MW. Kapal ini akan ditenagai oleh powership dari armada Karadeniz.

Sebagai perbandingan, perusahaan ini juga memberikan keunggulan dan potensi besar dari membangun pusat data di atas kapal (platform terapung) dibandingkan dengan pusat data konvensional yang dibangun di darat.

Menurut perusahaan, pembangunan pusat data di atas kapal jauh lebih cepat. Mereka dapat diselesaikan dalam satu tahun, sementara pusat data konvensional di darat membutuhkan waktu hingga tiga tahun.

Kapal yang dimodifikasi, seperti kapal pengangkut mobil, memiliki ruang yang sangat besar.

Contohnya, luas lantai kapal pengangkut mobil sekitar 54.000m² setara dengan salah satu pusat data darat terbesar di Jepang. Ini menunjukkan bahwa platform terapung bukan hanya solusi untuk pusat data kecil, tetapi juga bisa menampung fasilitas berskala besar.

Baca juga: Mengapa Kita Perlu Serius Memikirkan Audit AI

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Sebut Gelondongan Kayu Terseret Banjir Sumatera Bisa Dimanfaatkan
Menteri LH Sebut Gelondongan Kayu Terseret Banjir Sumatera Bisa Dimanfaatkan
Pemerintah
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
LSM/Figur
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Pemerintah
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
Pemerintah
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Swasta
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
Pemerintah
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
Pemerintah
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
Pemerintah
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Pemerintah
Bencana di Sumatera, Menteri LH Akui Tak Bisa Rutin Pantau Jutaan Unit Usaha
Bencana di Sumatera, Menteri LH Akui Tak Bisa Rutin Pantau Jutaan Unit Usaha
Pemerintah
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
LSM/Figur
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
Pemerintah
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
LSM/Figur
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Pemerintah
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau