JAKARTA, KOMPAS.com - Perubahan iklim tidak hanya menyebabkan kerugian fisik, namun juga berpotensi menghilangkan mata pencaharian sehingga bisa memperbanyak jumlah penduduk miskin di Indonesia.
Berdasarkan riset Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), total penduduk miskin yang terkena dampak perubahan iklim di sektor kelautan mencapai 3,61 juta jiwa.
Jumlah penduduk miskin yang terdampak di sektor pertanian sebesar 9,25 juta jiwa, sedangkan di sektor kelautan sekitar 1,6 juta jiwa, air 3,14 juta jiwa, serta kesehatan 1,43 juta jiwa.
Baca juga: Akademisi UGM: Perubahan Iklim dan Manusia Jadi Pemicu Keringnya Sungai Eufrat
"Ketergantungan kita terhadap sektor pertanian memang cukup tinggi," ujar ujar Direktur Lingkungan Hidup, Kementerian PPN dan Bappenas, Nizar Marizi dalam webinar Pengarusutamaan Sosial Inklusif pada Pembangunan Daerah untuk Memperkuat Ketahanan Iklim dan Kebencanaan, yang disiarkan via Zoom, Selasa (12/8/2025).
Selain itu, perubahan iklim juga memperburuk kesenjangan sosial antara perempuan dan laki-laki di beberapa daerah.
Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Pembangunan Manusia, Kebudayaan, dan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah Wilayah III KemenPPPA Dewa Ayu Laksmiadi Janapriati menyatakan terdapat perbedaan respons antara perempuan dan laki-laki dalam kasus gagal panen, ketersediaan bahan bakar, kelangkaan air, bencana iklim itu sendiri, migrasi atau perpindahan penduduk, serta konflik dan kemiskinan.
"Kalau terjadi bencana, jadi perempuan itu sudah langsung saja berpikir banyak gitu ya, beda-beda dengan laki-laki. Kalau laki-laki mungkin spontan ambil apa, misalnya ambil ransel yang sudah berisi perlengkapannya dan pergi. Kalau perempuan itu banyak yang dipikir, apa yang bagaimana orang tuanya dan lain sebagainya. Bahkan, mungkin sampai hewan piaraan, begitu ya," tutur Dewa Ayu.
Karena itu, Dewa Ayu mengingatkan pentingnya kesetaraan gender di masyarakat guna mengurangi dampak perubahan iklim.
Sementara itu, akademisi dari Universitas Islam Indonesia (UII), Ikrom Mustofa menilai, dampak perubahan iklim menjadi beban ganda bagi kelompok-kelompok marginal. Kelompok-kelompok marginal mengalami triple burden.
Baca juga: Studi Ini Kaitkan Naiknya Harga Pangan dengan Perubahan Iklim
"Sebagai contoh, saya menyebutkan anak perempuan di wilayah pesisir, ketika ada krisis iklim yang berhubungan dengan gelombang tinggi, atau mungkin banjir, dan lain sebagainya, pendidikan mereka terganggu kemudian dampak jangka, panjangnya pada aspek ekonomi," ucapnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya