JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak lima bayi badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) lahir di Taman Nasional Way Kambas, Lampung pada 2024.
Ketua Harian Yayasan Badak Indonesia (YABI), Jansen Manansang, mengatakan kelima bayi hewan dilindungi itu lahir dari lima indukan yang hidup di Taman Nasional.
"Bahkan kemungkinan tahun depan kami sudah dapat satu anak (badak). Jadi pengembangannya untuk di eksitu cukup baik," ungkap Jansen saat ditemui di kantor Kementerian Kehutanan, Jakarta Pusat, Senin (11/8/2025).
Dia memperkirakan, jumlah badak sumatera di Indonesia saat ini kurang dari 200 ekor. Oleh karenanya, YABI bersama Balai TN Way Kambas dan perguruan tinggi terus berupaya mengembangbiakannya. Pihaknya pun telah mengumpulkan sperma badak sumatera untuk memperbanyak populasi.
Baca juga: Sisa 87 Ekor dan Cuma Ada di Indonesia, Badak Jawa di Ujung Kepunahan
"Supaya kami betul-betul tau sifatnya, morfologinya, reproduksinya. Sehingga nanti bisa juga untuk seperti badak yang di Sumatera, yang kami bisa kembangbiakan kami sudah tahu semuanya," ucap Jansen.
"Kami ingin juga suatu waktu badak yang dari Jawa juga. Sehingga itu menjamin daripada masa depannya (menggunakan) frozen semen, yang dibekukan," imbuh dia.
Jansen menjelaskan, indukan badak sejak awal dipelihara di TN Way Kambas. Salah satunya dikembalikan oleh Amerika Serikat ke Indonesia. Peneliti lalu mengawinkan indukan badak.
"Dari tahun lalu kami punya anak (badak) dua. Lalu tambah anak dua, jadi tahun ini memang kosong mungkin tahun depan. Biasanya (kehamilan) 15 bulan, seperti gajah, memang prosesnya cukup lama semuanya," tutur dia.
Baca juga: Translokasi Badak Jawa, Langkah Konservasi untuk Cegah Krisis Genetik
Jansen menyebut, tantangan utama konservasi badak sumatera ialah populasinya yang sedikit. Para peneliti menggunakan assisted reproductive technology (ART) untuk membantu kehamilan induk.
"Jadi ini yang kami sekarang akan kembangin, dengan biobank itu kami siapkan semuanya. Kami dengan universitas harapannya bisa melestarikan badak-badak Indonesia," ungkap dia.
Ia mengaku bahwa pendanaan untuk konservasi badak saat ini terkendala kondisi ekonomi global. Pemberian dana pun ikut dipangkas.
"Jadi donatur itu agak sedikit menyetop atau ada kesulitan juga masing-masing. Biasanya International Rhino Foundation, fundingnya dari sana," kata Jansen.
Pendanaan itu dibagi untuk konservasi badak di India, badak sumatera, badak jawa, hingga badak di Afrika.
Keberlanjutan program konservasi badak akan sangat tergantung pada pendanaan tambahan dan alternatif.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya