KOMPAS.com - Lembaga riset kendaraan listrik (EV) mencatat 10,7 juta EV terjual di seluruh dunia dalam tujuh bulan pertama tahun 2025.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan 27 persen year on year, meski ada efek negatif dari keputusan tarif AS.
China tetap menjadi pasar terbesar, dengan penjualan 6,5 juta kendaraan.
Sementara 2,3 juta unit terjual di Eropa, satu juta di Amerika Utara, dan sekitar 900.000 di pasar lain.
Penjualan di Eropa dan China naik sekitar 30 persen dari tahun ke tahun (YoY). Pasar negara berkembang juga melonjak, dengan total kenaikan penjualan 42 persen YoY.
Baca juga: Waspada, Pengisi Daya Cepat EV Ternyata Sumber Polusi Tak Terduga
Berdasarkan penelitian terbaru dari Bloomberg NEF, Vietnam, Thailand, dan Brasil menonjol sebagai pasar dengan pertumbuhan EV tercepat.
Minat terhadap kendaraan listrik murni (BEV) di China berkembang jauh lebih cepat daripada kendaraan hibrida. Namun, di pasar utama Eropa seperti Jerman dan Inggris, minat terhadap hibrida masih sedikit lebih tinggi.
“Meskipun ada perbedaan di tiap wilayah, tren keseluruhan untuk adopsi kendaraan listrik pada tahun 2025 tetap menunjukkan peningkatan yang kuat,” ujar Charles Lester, manajer data dari Rho Motion, dikutip dari Edie, Kamis (14/8/2025).
Sedangkan penjualan EV di AS, Kanada, dan Meksiko antara Januari hingga Juli hanya naik 2 persen dari tahun ke tahun.
Minat investor untuk membangun kapasitas manufaktur dan infrastruktur pengisian daya yang baru tergolong rendah dalam beberapa tahun terakhir, karena pandemi, yang diikuti oleh ketidakpastian kebijakan.
Namun, Rho Motion percaya bahwa dampak dari keputusan kebijakan utama Donald Trump belum terasa di pasar EV.
AS sendiri telah menyepakati perjanjian dengan Korea Selatan, Jepang, dan Uni Eropa untuk menetapkan tarif 15 persen pada mobil impor.
Dari sisi permintaan, keringanan pajak konsumen untuk pembelian EV di bawah Inflation Reduction Act (IRA) tidak akan lagi ditawarkan mulai 30 September 2025.
Keringanan ini memberikan potongan biaya di muka kepada pengendara hingga 7.500 dolar AS untuk EV baru, atau 4.000 dolar AS untuk EV bekas.
Baca juga: Pemerintah Incar Produksi Kendaraan Listrik Capai 2 Juta di 2025 untuk Ketahanan Energi
Meskipun IRA berlaku di AS, kebijakannya memiliki dampak yang meluas secara global, terutama di sektor manufaktur dan rantai pasokan.
Lebih lanjut, beberapa negara menerapkan kebijakan yang mendukung penjualan EV.
Misalnya pada akhir Juli, pemerintah China mengalokasikan dana untuk skema tukar tambah barang konsumsi , yang merupakan pendanaan kuartal ketiga mereka.
Program ini telah mendongkrak permintaan EV sejak diluncurkan tahun lalu. Pendanaan putaran terakhir untuk tahun 2025 diperkirakan akan cair pada Oktober.
Program tersebut mempermudah pengendara untuk membuang atau menjual kembali kendaraan bekas mereka.
Kementerian Perdagangan China menyatakan pada Desember lalu bahwa 5,2 juta mobil penumpang telah diproses melalui program tukar tambah mobil tersebut. Dari jumlah itu, sekitar setengahnya dibuang dan setengahnya lagi dijual kembali lalu diganti.
Sedangkan pemerintah Prancis untuk mendorong permintaan akan meluncurkan kembali skema sewa EV untuk rumah tangga berpenghasilan rendah pada 30 September 2025.
Skema ini memungkinkan para pengendara mendapatkan mobil dan van baru atau bekas dengan cicilan bulanan serendah 100 Euro.
Baca juga: SPKLU Masih Langka, 23 Persen Pengguna Mobil Listrik Minta Penambahan dan Perbaikan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya