Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Ujian Bangsa Memahami Kekayaan Papua

Kompas.com, 21 Agustus 2025, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Namun, Penentuan Pendapat Rakyat 1969 tetap kontroversial karena hanya melibatkan perwakilan terbatas (UN Document A/7723). Fakta-fakta ini menegaskan Papua sejak awal berada di persimpangan sejarah dan politik.

Sejarah tidak boleh dijadikan alibi untuk mengabaikan Papua, sebaliknya ia menuntut koreksi jujur dan keberanian kenegarawanan hari ini.

Jika seluruh fakta itu dijahit menjadi satu kebijakan, ujungnya adalah arah baru yang berpijak pada data empirik, melindungi yang rentan, dan menolak akumulasi kepentingan sempit demi keadilan sosial-ekonomi jangka panjang.

Maka, tak ada pilihan lain, kebijakan harus diterjemahkan ke dalam mandat-mandat strategis yang jelas.

Pertama, mandat ekologis harus tegas. Taman Nasional Lorentz dan Lanskap Kepala Burung harus diperlakukan sebagai infrastruktur alam nasional setara jalan, bandara, dan smelter.

Instrumen kebijakan berupa moratorium izin di bentang konservasi tinggi, penataan ulang konsesi tumpang tindih, serta pembiayaan berbasis hasil untuk desa adat penjaga hutan adalah langkah minimal agar bank kehidupan ini tidak menjadi kolateral proyek sesaat.

Kedua, mandat manusia sama penting. Angka kemiskinan dan IPM menuntut layanan dasar yang sesuai geografi sosial Papua. Perekrutan dan penempatan guru, tenaga kesehatan, serta penyuluh dari komunitas lokal harus diperkuat lewat skema afirmatif.

Ekosistem pembelajaran mesti mengakui keragaman bahasa, sehingga transisi literasi dari bahasa ibu ke bahasa Indonesia dirancang dengan dukungan pelatihan guru, materi ajar, dan partisipasi orang tua.

Ketiga, mandat maritim membuka ruang kemakmuran jika tata kelola diperketat.

Stok pelagis dan demersal Arafura cukup untuk menopang ekonomi pesisir bila dilindungi dari praktik ilegal.

Peningkatan kepatuhan pelaporan, modernisasi pelabuhan, serta pengawasan terintegrasi antarlembaga menjadi tiga sumbu yang saling mengunci. Data potensi lestari sudah ada, cetak biru penertiban tersedia.

Kurangnya hanyalah konsistensi menutup kebocoran hasil laut yang mencapai seperempat hingga sepertiga tidak tercatat.

Keempat, mandat nilai menuntut cara pandang baru terhadap pengetahuan.

Selama puluhan tahun ratusan publikasi tentang biodiversitas, bahasa, antropologi, kesehatan publik, ekonomi, dan tata kelola hutan di Papua dihasilkan. Namun, sebagian besar berakhir sebagai sitasi akademik atau koleksi perpustakaan.

Diperlukan arsitektur penerjemah kebijakan yang menghubungkan kampus, balai riset, komunitas adat, dan pemerintah daerah dengan dukungan anggaran yang memadai.

Model pemantauan jejaring kawasan konservasi Lanskap Kepala Burung membuktikan data ekologis dan sosial dapat dipakai untuk evaluasi kinerja berulang dan koreksi strategi.

Baca juga: Korupsi Kuota Haji: Tergerusnya Nilai Agama, Matinya Nurani Kemanusiaan

Pendekatan ini bisa diperluas ke sektor pendidikan, kesehatan, hingga perlindungan sosial.

Pada akhirnya, alasan strategis mengapa Papua harus menjadi atensi utama negara tersusun rapi di atas bukti.

Ia adalah bank hayati yang menjaga iklim regional, simpul maritim dan protein yang menopang kedaulatan pangan, penentu posisi tawar dalam rantai mineral dan energi transisi, rumah bagi ratusan bahasa dan budaya yang memperkaya republik, sekaligus ruang sejarah yang menuntut pemulihan martabat.

Membiarkan Papua berjalan di jalur lama berarti menukar masa depan dengan catatan kehilangan.

Sebaliknya, mengelola Papua secara benar berarti menempatkan manusia dan alam di pusat keputusan, lalu membiarkan data memandu langkah, bukan sekadar omon-omon.

Bukti ada di hadapan kita, waktu kian singkat, dan pilihannya hanya satu: beranjak dari retorika menuju keberanian bertindak memperbaiki yang masih tersisa. Betapa dungunya kita jika terus abai pada bukti dan kekayaan luar biasa pemberian Tuhan ini.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
LSM/Figur
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Pemerintah
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
Pemerintah
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Swasta
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
Pemerintah
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
Pemerintah
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
Pemerintah
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Pemerintah
Bencana di Sumatera, Menteri LH Akui Tak Bisa Rutin Pantau Jutaan Unit Usaha
Bencana di Sumatera, Menteri LH Akui Tak Bisa Rutin Pantau Jutaan Unit Usaha
Pemerintah
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
LSM/Figur
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
Pemerintah
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
LSM/Figur
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Pemerintah
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
Pemerintah
COP30 Gagal Sepakati Penghentian Bahan Bakar Fosil, RI Diminta Perkuat Tata Kelola Iklim
COP30 Gagal Sepakati Penghentian Bahan Bakar Fosil, RI Diminta Perkuat Tata Kelola Iklim
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau