Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Ujian Bangsa Memahami Kekayaan Papua

Kompas.com, 21 Agustus 2025, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tanpa disiplin saintifik dan koordinasi kelembagaan, kekayaan laut timur hanya akan berpindah ke buku kerugian sosial (Mongabay, 2022).

Di darat, hutan hujan Papua adalah benteng terakhir tutupan hutan primer Indonesia. Analisis citra satelit 2001–2019 menunjukkan laju deforestasi meningkat signifikan seiring pembangunan jalan Trans Papua dan ekspansi perkebunan besar, terutama kelapa sawit.

Proyeksi model memperingatkan bahwa jika izin perkebunan dan konsesi terus dikeluarkan tanpa kendali, fakta akan kehilangan hutan akan melonjak dalam dekade mendatang.

Laporan internasional mencatat, ketika laju kehilangan hutan di Sumatera dan Kalimantan menurun sejak 2016, justru tren ekspansi bergeser ke Papua.

Baca juga: Ketimpangan Menggerus Nasionalisme

Data ini memberi sinyal bahwa kebijakan tata ruang dan audit perizinan di Papua harus diperketat agar hutan tidak menjadi korban proyek jangka pendek (Mongabay, 2021).

Semua fakta ekologis ini berdampingan dengan kompleksitas manusia. Papua dihuni lebih dari 250 kelompok etnis dengan 300 bahasa lokal yang masih terjaga dari dulu hingga kini.

Penelitian demografi dan bahasa menunjukkan Papua adalah wilayah paling majemuk secara etnis di Indonesia.

Kajian linguistik terhadap bahasa kecil seperti Yonggom Wambon menegaskan bahwa setiap bahasa membawa pengetahuan ekologis, sejarah lisan, dan kosmologi unik. Hilangnya satu bahasa berarti hilangnya satu cara pandang terhadap dunia.

Fakta ini adalah hasil riset empirik, bukan retorika budaya belaka. Dengan ratusan bahasa yang dimiliki, Papua menjadi pusat penelitian linguistik dunia.

Artinya, kebijakan pembangunan Papua harus memperhitungkan keragaman bahasa dan budaya dalam desain pendidikan, kesehatan, dan layanan publik (kemendikdasmen.go.id, 2022).

Namun indikator sosial-ekonomi Papua memperlihatkan paradoks nyata. Data BPS Papua (Maret 2025) mencatat angka kemiskinan 19 persen, jauh di atas rata-rata nasional di bawah 10 persen.

BPS Papua Selatan bahkan melaporkan hampir 20 persen penduduk miskin pada periode sama. Indeks Pembangunan Manusia Papua 2024 juga masih berada di papan bawah.

Publikasi resmi BPS menegaskan ketertinggalan ini melalui indikator inflasi, pertumbuhan, ketimpangan, dan tenaga kerja.

Artinya, meski memiliki cadangan mineral, biodiversitas, dan potensi laut, ternyata kesejahteraan rakyat Papua tidak beranjak naik.

Riset panel data 2021–2023 menyebut jumlah penduduk miskin sebagai variabel paling signifikan yang menjelaskan kondisi sosial ekonomi di Papua. Dengan kata lain, akar masalah Papua adalah kemiskinan struktural, bukan sekadar minim infrastruktur.

Persoalan pendidikan memperlihatkan gambaran lebih rinci. UNICEF melaporkan tingginya ketidakhadiran guru di sekolah-sekolah Papua, yang berdampak pada rendahnya literasi dan numerasi anak-anak sejak dini.

Kesenjangan makin parah karena keterbatasan listrik dan internet.

Program digitalisasi pendidikan tanpa perbaikan masalah dasar hanya akan memperlebar jurang. Karena itu, kebijakan pendidikan di Papua tidak bisa disamakan dengan daerah lain.

Diperlukan skema afirmatif untuk rekrutmen guru lokal, pelatihan transisi literasi bahasa ibu ke bahasa Indonesia, dan perbaikan infrastruktur dasar sekolah.

Dimensi sejarah Papua juga terikat pada data politik yang tidak bisa dihapus.

Sejak sidang BPUPKI 1945, Papua sudah diperdebatkan: sebagian tokoh bersikeras memasukkannya ke dalam Indonesia, sebagian lain meragukannya karena dianggap berbeda secara geografis dan etnografis (Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI, 1998).

Baca juga: Rent-Seeking Behaviour: Ketika Negara Sibuk Memungut, Lupa Menumbuhkan

Perdebatan ini berlanjut pada Konferensi Meja Bundar 1949, ketika Belanda menolak menyerahkan Papua meski mengakui kedaulatan Indonesia atas bekas Hindia Belanda.

Konflik baru berakhir lewat Perjanjian New York 1962, yang menyerahkan Papua kepada UNTEA sebelum masuk ke Indonesia pada 1963.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
LSM/Figur
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Pemerintah
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
Pemerintah
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Swasta
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
Pemerintah
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
Pemerintah
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
Pemerintah
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Pemerintah
Bencana di Sumatera, Menteri LH Akui Tak Bisa Rutin Pantau Jutaan Unit Usaha
Bencana di Sumatera, Menteri LH Akui Tak Bisa Rutin Pantau Jutaan Unit Usaha
Pemerintah
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
LSM/Figur
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
Pemerintah
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
LSM/Figur
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Pemerintah
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
Pemerintah
COP30 Gagal Sepakati Penghentian Bahan Bakar Fosil, RI Diminta Perkuat Tata Kelola Iklim
COP30 Gagal Sepakati Penghentian Bahan Bakar Fosil, RI Diminta Perkuat Tata Kelola Iklim
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau