KOMPAS.com - Curah hujan ekstrem yang makin sering terjadi akibat perubahan iklim global menimbulkan tantangan besar dalam pencegahan dan pengendalian bencana geologi.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah bencana meningkat di wilayah dan periode yang sebelumnya tidak dianggap prioritas pencegahan.
Wakil Direktur Institut Pemantauan Geo-Lingkungan Tiongkok, Wang Lichao, menjelaskan bahwa krisis iklim mempersulit pendeteksian bahaya tersembunyi. Peralihan mendadak antara kekeringan dan banjir atau hujan deras dapat memicu keruntuhan maupun tanah longsor skala kecil. Namun, bencana ini sering terjadi tiba-tiba, sementara sinyal peringatan dini sulit terdeteksi dengan metode tradisional.
Baca juga: Gunakan AI, Kerugian Infrastruktur karena Bencana Alam Bisa Berkurang 15 Persen
“Dengan perubahan iklim global, risiko bencana geologi yang terjadi di wilayah-wilayah yang secara tradisional berisiko rendah telah meningkat secara signifikan. Pergeseran ini berarti setiap wilayah harus siap menghadapi bencana geologi mendadak dalam kondisi ekstrem,” ujar Lichao, dikutip dari China Daily, Rabu (20/8/2025).
Untuk mengantisipasi, Tiongkok telah membangun sistem pemantauan dan peringatan dini yang menggabungkan pencegahan berbasis manusia dengan dukungan teknologi.
Pencegahan berbasis manusia dilakukan melalui jaringan warga yang berpatroli, memeriksa, dan melaporkan fenomena makro sebagai tanda awal bahaya. Saat ini, ada hampir 300.000 perangkat pemantauan terpasang di seluruh negeri, menjadi bagian penting dalam sistem peringatan dini.
Sementara itu, pencegahan berbasis teknologi mencakup peringatan risiko meteorologi dan pemantauan otomatis bencana geologi. Sistem ini memberikan prakiraan risiko dalam tiga skala waktu: 72 jam ke depan, peringatan dini 24 jam ke depan, serta peringatan jangka pendek untuk 6 jam dan 3 jam ke depan.
Dengan kombinasi manusia dan teknologi, sistem prediksi, prakiraan, dan peringatan ini diharapkan mampu meningkatkan ketepatan spasial dan temporal, sekaligus memperkuat kesiapsiagaan maupun respons darurat saat bencana terjadi.
Baca juga: Bencana Alam Sebabkan Kerugian Ekonomi 135 Miliar Dolar AS di Paruh Pertama 2025
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya